PENDEKATAN HISTORIS DALAM KAJIAN ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam
sebagai produk historis dapat diteliti
dengan menggunakan pendekatan historis (empiris). Dengan demikian kajian historis
sebagai salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam mempelajari Islam
bertujuan untuk melihat dari segi kesadaran sosial pada perilaku atau pendukung
suatu peristiwa sejarah sehingga mampu mengungkapkan banyak dimensi dari
peristiwa tersebut.
Pendekatan historis dalam
studi Islam amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu turun dalam
situasi dan kondisi sosial kemasyarakatan, yaitu bagaimana melakukan pengkajian
terhadap berbagai studi keislaman dengan menggunakan pendekatan historis
sebagai salah satu alat (metodologi) untuk menyatakan kebenaran dari objek
kajian itu.
Membahas historis Islam yang sampai saat ini
bergerak dalam pengertian sempit yang dikemukakan terdahulu, yaitu ketika Islam
muncul pada tataran politik, Islam merupakan kekuatan yang pernah menghiasi
percaturan politik dunia yang diwakili dengan dinasti-dinasti yang pernah exsis, seperti di era Nabi Muhammad SAW di Madinah, era
khulafaurrasyidin, era dinasti umayyah, era Abbasiyah dan era modern (Turki
Utsmani), dll.
Dasar
untuk membahas Islam dibutuhkan semacam pendekatan yang mampu menjelaskan dari
sisi mana Islam dilihat. Untuk itu diperlukan seperangkat metodologi atau
pendekatan agar studi Islam lebih dapat dikaji secara objektif. Karena bila
dilihat pada tataran politik sangatlah sempit dalam memahami Islam. Oleh karena itu disini pemakalah akan mencoba mengangkat sebuah tema
mengenai pendekatan historis dalam kaijan islam dengan mengangkat rumusan
masalah sebagai beriikut.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah yang
dimaksud dengan pendekatan historis dalam kajian islam ?
2.
Apa saja ruang lingkup kajian historis dalam kajian islam ?
3.
Bagaimana metode pendekatan
historis dalam kajian islam ?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Memahami pengertian pendekatan historis dalam
kajian islam
2.
Mengetahui ruang lingkup kajian historis dalam
islam dan
3.
Memahami metode pendekatan historis dalam kajian
islam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendekatan Historis (History of Religion).
1.
Historis
Dalam kamus bahasa inggris
historis artinya sejarah, atau peristiwa.[1] Kata
sejarah dari kata Arab syajarahtun yang berarti pohon. Pengambilan
istilah ini agaknya berkaitan dengan kenyataan, bahwa sejarah setidaknya dalam
pandangan orang pertama yang menggunakan kata ini menyangkut tentang, antara
lain, syajarat al-nasab, pohon genealogis yang
dalam masa sekarang agaknya bisa disebut sejarah keluarga (family history). Atau boleh jadi juga karena kata kerja syajara juga punya arti to happen, to occurred dan to develop. Namun selanjutnya, sejarah
dipahami mempunyai makna yang sama dengan tarikh (Arab), istora (Yunani),[2]
history atau geschichte (jerman),
yang secara sederhana berarti kejadian-kejadian menyangkut manusia pada masa
silam.[3]
Merujuk pada makna
secara kebahasaan dari berbagai bahasa di atas dapat ditegaskan bahwa
pengertian sejarah menyangkut dengan waktu dan peristiwa. Perlu di ketahui dan dicatat bahwa tidak semua peristiwa masa silam
dimasukkan kedalam sejarah setidaknya kalau kita bicara sejarah sebagai ilmu,
terdapat pembatasan-pembatasan tertentu tentang peristiwa masa lampau itu. Ada
empat hal yang membatasi peristiwa masa lampu yaitu pertama, pembatasan
yang menyangkut waktu, kedua pembatasan yang menyangkut peristiwa, ketiga,
pembatasan yang menyangkut tempat, dan keempat, pembatasan yang
menyangkut seleksi artinya tidak semau peristiwa masa lampu dianggap katagori
sejarah Oleh karena itu masalah waktu penting dalam memahami satu peristiwa,
maka para sejarawan cenderung mengatasi masalah ini dengan membuat periodisasi.[4]
2. Pengertian Historis Menurut Para Pakar.
Para sejarawan beragam dalam mendefinisikan historis.
Sebagaimana mendefinisikan secara sangat sempit; Edward Freeman, misalnya
menyatakan historis adalah politik
masa lampau (history
is past politics). Sebagiannya mendefinisikan secara luas; Ernst Bernheim,
sebagai contoh, menyatakan, historis adalah ilmu
tentang perkembangan manusia dalam upaya-upaya mereka sebagai makhluk sosial.[5]
Menurut Hasan historis
atau tarikh adalah suatu seni yang membahas tentang kejadian-kejadian waktu
dari segi spesifikasi dan penentuan waktunya, temannya manusia dan waktu,
permasalahaannya adalah keadaan yang menguraikan bagian-bagian ruang
lingkup situasi yang terjadi pada manusia dalam suatu waktu.[6] Dalam hal ini bisa
dipahami bahwa dengan seni ini islam bisa hadir ditengah-tengah kita sekarang
ini.
Menurut
William H. Frederick, kata historis diserap daribahasa Arab, syajaratun yang
berarti pohon atau keturunan atau asal-usul yang kemudian berkembang dalam
bahasa Melayu syajarah.
Menurut Jan Romein,
kata sejarah memiliki arti yang sama dengan kata history (Inggris), geschichte
(Jerman) dan geschiedenis (Belanda), semuanya mengandung arti yang sama, yaitu cerita tentang kejadian atau peristiwa
yang terjadi
pada masa lampau.
Dari
berbagai pendapat di atas sejarah dapat diartikan sebagai gambaran tentang
peristiwa-peristiwa atau kejadian masa lampau
yang dialami manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu tertentu,
diberi tafsiran dan analisa kritis sehingga mudah dimengerti dan dipahami.
Kalau kita kaitkan dengan kajian islam secara historis dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa islam historis dikaji dari aspek sejarah, menganalisis
perkembangannya dari awal sampai sekarang. Mengapa demikian karena islam tidak
lepas dari historisnya.
3. Pendekatan Historis.
Pendekatan dalam kamus besar bahasa Indonesia
memiliki pengertian sebagai usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk
mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, atau metode-metode untuk
mencapai pengertian masalah yang diteliti.[7]
Secara umum dapat dimengerti bahwa pendekatan
historis merupakan penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi
mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Atau dengan kata lain
yaitu penelitian yang mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada
waktu penelitian dilakukan.[8]
Secara sempit Pendekatan
historis adalah meninjau suatu permasalahan dari sudut tinjauan sejarah, dan
menjawab permasalahan serta menganalisisnya dengan menggunakan metode analisis
sejarah. Sejarah atau histori adalah studi yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa
atau kejadian masa lalu yang menyangkut kejadian atau keadaan yang sebenarnya.
Pendekatan
kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri
turun dalam situasi yang konkret bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan.
Tujuan pendekatan historis adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau
secara sistematis dan obyektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,
memverifikasikan, serta mensistesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan
memperoleh kesimpulan yang kuat. Seringkali penelitian yang demikian itu
berkaitan dengan hipotesis-hipotesis tertentu.[9]
Melalui pendekatan historis
seseorang diajak menukik dari alam idealis yang bersifat empiris dan mendunia.
Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan
antara yang terdapat dalam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis. Maka lapangan sejarah adalah
meliputi segala pengalaman manusia. Menurut Ibnu Khaldun sejarah tidak hanya
dipahami sebagai suatu rekaman perisriwa masa lampau, tetapi juga penalaran
kritis untuk menemukan kebenaran suatu peristiwa, adanya batasan waktu (yaitu
masa lampau), adanya pelaku (yaitu manusia) dan daya kritis dari peneliti
sejarah.
Dengan kata lain di dalam sejarah terdapat objek peristiwanya (what), orang yang melakukannya (who),
waktunya (when), tempatnya (where) dan latar belakangnya (why). Seluruh aspek tersebut selanjutnya
disusun secara sistematik dan menggambarkan hubungan yang erat antara satu bagian dengan bagian lainnya.
Pendekatan
historis ini juga dimaksudkan diamana islam dikaji dari persefektif yang
dikenal dalam ilmu-ilmu sejarah. Misalnya dalam hal ini sebuah sejarah
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti sejarah dipengaruhioleh masa dan cara
berpikir masa itu dan seterusnya.[10]
Dengan demikian pendekatan historis dalam kajian
islam adalah usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memhami serta
membahas secara mendalam tentang seluk-beluk atau hal-hal yang berhubungan
dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah maupun
praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari,
sepanjang sejarahnya.
Dengan menggunakan
pendekatan sejarah ada minimal dua teori yang bisa digunakan yaitu Idealist Approach dan Reductionalitst Approach. Maksud idealist approach
adalah seorang peneliti yang berusaha memahami dan menafsirkan fakta sejarah
dengan mempercayai secara penuh fakta yang ada tanpa keraguan. Sedangkan reductionalitst
approach adalah seorang peneliti yang berusaha memahami dan
menafsirkan fakta sejarah dengan penuh keraguan. Seperti dijelaskan sebelumnya
ada 3 teori lain yang penting di pahami dengan pendekatan sejarah, yakni:
diakronik, sinkronik dan sistem nilai.
a. Diakronik
Diakronik dalah
penelusuran sejarah dan perkembangan satu fenomena yang sedang diteliti.
Misalnya kalau sedang meneliti konsep riba, menurut Muhammad
Abduh diakroninya adalah harus lebih dahulu membahas kajian-kajian orang
sebelumnya yang pernah membahas tentang riba.[11]
b. Sinkronik
Sinkronik adalah
kontekstualisasi atau sosiologis kehidupan yang mengitari fenomena yang sedang
diteliti. Kembali pada contoh konsep riba Muhammad ‘Abduh, maka sosial
kehidupan Muhammad ‘Abduh dan sosial kehidupan tokoh-tokoh yang pernah membahas
fenomena yang sama juga harus dibahas.
c. Sistem nilai
Sistem nilai adalah
sistem nilai atau budaya sang tokoh dan budaya dimana dia hidup. Maka
penelitian dengan teori diakroni, sinkroni dan sistem budaya adalah penelitian
yang menelusuri latar belakang dan perkembangan fenomena yang diteliti lengkap
dengan sejarah sosio-historis dan nilai budaya yang mengitarinya. Maka wajar
kalau alat analisis ini lebih dikenal sebagai alat analisis sejarah dan atau sosial
(sosiologi).
B. Ruang Lingkup Kajian
Historis
Kajian
islam sangat hangat di perbincangkan era moderen ini karena pergumulannya tak
pernah kunjung selesai sampai kapanpun yakni dari aspek historis-empiris partikular dari
agama-agama dan aspek meaning (makna) keberagamaan umat manusia yang
mendasar dan universal-transedental, yang pada gilirannya ingin dijembatani dan
dikawinkan oleh pendekatan fenomenologi agama. Jadi dalam bentuknya yang
historis-empiris, agama selalu menjadi bagian dari setting historis dan sosial
komunitasnya.[12]
Untuk memahami lebih dalam mengenai historis dalam kajian islam setidaknya kita
harus mendudukkan permasalahan ini pada ruang lingkup yang lebih sempit
diantarnya:
1.
Islam Sebagai doktrin dari
Tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah final dalam arti absolute, dan
diterima apa adanya. bahwa islam itu terdapat
dua macam nilai yakni islam berdimensi normatif dan islam berdimensi historis. Kedua aspek ini terdapat
hubungan yang menyatu, tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan. Pertama;
aspek normatif yakni wahyu harus diterima sebagaimana adanya, mengikat semua
pihak dan berlaku universal. Kedua aspek historis yakni, kekhalifahan senantiasa dapat berubah, menerinma
diskusi karena produk zaman tertentu, dan hal
itu bukan hal yang sakral.
2.
Islam Sebagai gejala budaya,
yang berarti seluruh yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama,
termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.
4.
Islam sebagai
peroduk historis adalah islam yang tidak bisa dilepaskan dari kesejarahan dan
kehidupan manusia yang berada dalam ruang dan waktu. Islam yang terangkai
dengan konteks kehidupan pemeluknya. Oleh karenanya realitas kemanusiaan selalu
berada dibawah realitas ke-Tuhan-an.
Berbicara tentang sejarah, biasanya akan segera menghubungkannya dengan cerita,
yaitu cerita tentang pengalaman-pengalaman manusia di waktu yang lampau.
Bahwasanya sejarah pada hakekatnya adalah sebuah cerita kiranya tidak bisa
disangkal lagi. semuanya mencerminkan gagasan bahwa sejarah itu hakekatnya
adalah tidak lain sebagai suatu bentuk cerita. Kendati begitu, hal
yang perlu sekali disadari adalah kenyataan bahwa sebagai cerita, sejarah
bukanlah sembarang cerita. Cerita sejarah tidaklah sama dengan dongeng ataupun
novel. Ia adalah cerita yang didasarkan pada fakta-fakta dan disusun dengan
metode yang khusus yang bermula dari pencarian dan penemuan jejak-jejak
sejarah, mengujji jejak-jejak tersebut dengan metode kritik yang ketat (kritik
sejarah) dan diteruskan dengan interpretasi fakta-fakta untuk akhirnyadisusun
dengan cara-cara tertentu menjadi sebuah cerita yang menarik tentang pengalaman masa lampau manusia itu.
5. Historis/Sejarah sebagai peristiwa, sebagai
Kisah sebagai ilmu. Sejarah dapat digolongkan sebagai ilmu apabila ia
memiliki syarat-syarat dari suatu ilmu pengetahuan atau syarat-syarat ilmiah.
Itulah
setidaknya fakta yang telah kami temukan sebagai ruang lingkup kajian historis
islam yang menarik dikaji dari aspek sejarah.
C.
Metode Pendekatan Historis
Penelitian sejarah yang pada dasarnya adalah
penelitian terhadap sumber-sumber sejarah, merupakan implementasi dari tahapan
kegiatan yang tercakup dalam metode sejarah, yaitu heuristik, kritik,
interpretasi, dan historiografi. Tahapan kegiatan yang disebut terakhir
sebenarnya bukan kegiatan penelitian, melainkan kegiatan penulisan sejarah
(penulisan hasil penelitian). Diantara metode yang
dipakai dalam pendektan kajian islam anatara lain sebagai beikut:
1.
Heuristik
Heuristik adalah kegiatan mencari dan menemukan
sumber yang diperlukan. Berhasil-tidaknya pencarian sumber, pada dasarnya
tergantung dari wawasan peneliti mengenai sumber yang diperlukan dan
keterampilan teknis penelusuran sumber. Berdasarkan bentuk penyajiannya,
sumber-sumber sejarah terdiri atas arsip, dokumen, buku, majalahatau jurnal,
surat kabar, dan lain-lain.[14]
Berdasarkan sifatnya, sumber sejarah terdiri
atas sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber yang waktu
pembuatannya tidak jauh dari waktu peristiwa terjadi. Sumber sekunder adalah
sumber yang waktu pembuatannya jauh dari waktu terjadinya peristiwa. Peneliti
harus mengetahui benar, mana sumber primer dan mana sumber sekunder. Dalam
pencarian sumber sejarah, sumber primer harus ditemukan, karena penulisan
sejarah ilmiah tidak cukup hanya
menggunakan sumber sekunder.
Agar pencarian sumber berlangsung secara
efektif, ada dua unsur
penunjang heuristik harus diperhatikan yaitu:
a)
Pencarian
sumber harus berpedoman pada bibliografi kerja dan kerangka tulisan. Dengan
memperhatikan permasalahan-permasalahan yang tersirat dalam kerangka tulisan
(bab dan subbab), peneliti akan mengetahui sumbersumber yang belum ditemukan.
b)
Dalam mencari
sumber di perpustakaan, peneliti wajib memahami system katalog perpustakaan
yang bersangkutan.
Sumber untuk penulisan sejarah ilmiah bukan
sembarang sumber, tetapi sumber-sumber itu terlebih dahulu harus dinilai
melalui kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern menilai, apakah sumber
itu benar-benar sumber yang diperlukan? Apakah sumber itu asli, turunan, atau
palsu? Dengan kata lain, kritik ekstern menilai keakuratan sumber. Kritik
intern menilai kredibilitas data dalam sumber.
Tujuan utama kritik sumber adalah untuk
menyeleksi data, sehingga diperoleh fakta. Setiap data sebaiknya dicatat dalam
lembaran lepas (system kartu), agar memudahkan pengklasifikasiannya berdasarkan
kerangka tulisan.
2.
Interpretasi
Setelah fakta untuk mengungkap dan membahas
masalah yang diteliti cukup memadai, kemudian dilakukan interpretasi, yaitu
penafsiran akan makna fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain.
Penafsiran atas fakta harus dilandasi oleh sikap obyektif. Kalaupun dalam hal
tertentu bersikap subyektif, harus subyektif rasional, jangan subyektif
emosional. Rekonstruksi peristiwa sejarah harus menghasilkan sejarah yang benar
atau mendekati kebenaran.
3.
Historiografi
Kegiatan terakhir dari penelitian sejarah
(metode sejarah) adalah merangkaikan fakta berikut maknanya secara
kronologis/diakronis dan sistematis, menjadi tulisan sejarah sebagai kisah.
Kedua sifat uraian itu harus benar-benar tampak, karena kedua hal itu merupakan
bagian dari ciri karya sejarah ilmiah, sekaligus ciri sejarah sebagai ilmu.[15]
Selain kedua hal tersebut, penulisan sejarah,
khususnya sejarah yang bersifat ilmiah, juga harus memperhatikan kaidah-kaidah
penulisan karya ilmiah umumnya.
Contoh klasik terbaik
dalam penulisan “general” atau “total historis” adalah karya ibn
khaldun, Kitab al-Ibar wa Diwan al-Mubtada
‘wa al Khabar fi Ayyam al ‘Arab wa al-Barba wa man ‘Asharahum min dzawi
al-Sulthan al-Akbar, dan tentu saja pendahuluan kitab ini, al-Mukadimmah, yang sering diterbitkan
secara terpisah. Dalam al-mukadimmah,
Ibn Khaldun tidak sekedar menarasikan kejadian-kejadian lampau, apalagi
membatasi peristiwa-peristiwa politik. Tetapi juga ilmu-ilmu lain termasuk
geografi, klimatologi, antropologi, etnologi, filologi, dll.
Sejarah
atau historis adalah
suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa
dengan memperhatikan unsur
tempat, waktu, obyek, latar
belakang, dan pelaku dari
peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini
segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa
itu terjadi, dimana, apa sebabnya, dan siapa yang terlibat dalam
peristiwa tersebut.[16]
Melalui
pendekatan sejarah seseorang akan diajak
menukik dari alam idealis ke alam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari
keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara
yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis.
Pendekatan
kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam
memahami agama. Begitu juga dengan islam karena agama itu sendiri turun dalam
situasi yang kongkret bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan. Sejarah
hanya sebagai metode analisis atas dasar pemikiran bahwa sejarah dapat
meyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung timbulnya suatu lembaga.
Pendekatan sejarah bertujuan untuk menentukan inti karakter agama dengan
meneliti sumber klasik sebelum dicampuri yang lain. Dalam menggunakan data
historis maka akan dapat menyajikan secara detail dari situasi sejarah tentang
sebab akibat dari suatu persoalan agama.[17]
Melalui
pendekatan historis ini,
seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan
penerapan suatu peristiwa. Disini seseorang tidak akan memahami agama keluar
dari konsep historisnya, karena pemahaman demikian itu akan menyesatkan orang
yang memahaminya. Misalnya seseorang yang ingin memahami Al-Qur’an secara benar
maka ia harus mempelajari sejarah turunnya Al-Qur’an atau kejadian-kejadian
yang mengiringi turunnya Al-Qur’an.
Dengan
pendekatan historis ini masyarakat diharapkan mampu memahami nilai sejarah
adanya agama Islam. Sehingga terbentuk manusia yang sadar akan historisitas
keberadaan islam dan mampu memahami nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sejarah
atau historis adalah
suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa
dengan memperhatikan unsur
tempat, waktu, obyek, latar
belakang, dan pelaku dari
peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini
segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan
peristiwa itu terjadi, dimana,
apa sebabnya, dan siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Pendekatan sejarah mengutamakan
oreintasi pemahaman atau penafsiran terhadap fakta sejarah, sejarah tersebut
berperan sebagai metode analisis, atau pisau analisis, karena sejarah
dapat menyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung timbulnya suatu
kejadian, maka agama sebagai sasaran penelitian haruslah dijelaskan
fakta-faktanya yang berhubungan dengan waktu.
2. Islam historis adalah islam yang tidak bisa dilepaskan dari kesejarahan dan kehidupan manusia yang berada dalam ruang dan
waktu. Islam yang terangkai dengan konteks kehidupan pemeluknya. Oleh karenanya
realitas kemanusiaan selalu berada dibawah realitas ke-Tuhan-an.
3. Penelitian sejarah yang pada dasarnya adalah
penelitian terhadap sumber-sumber sejarah, merupakan implementasi dari tahapan
kegiatan yang tercakup dalam metode sejarah, yaitu heuristik, kritik,
interpretasi, dan historiografi. Tahapan kegiatan yang disebut terakhir
sebenarnya bukan kegiatan penelitian, melainkan kegiatan penulisan sejarah
(penulisan hasil penelitian).
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hakim, Atang, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.
Abdullah, Taufik dan M Rusli Karim (ed.), Metodologi
Penelitian Agama Sebuah Pengantar, Cet. ke-2, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta, 1990.
Abdullah, Taufik, Sejarah dan
Masyarakat, Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1987.
Bustaman Ahmad, Kamaruzzaman, ISLAM HISTORIS: Dinamika
Studi Islam di Indonesia, Yogyakarta: Galang press, 2002.
Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan RI, Kamus Besar
Bahasa Indonesia , Jakarta: DPKRI
1998.
http://belajarpsikologi.com/pendekatan-jenis-dan-metode-penelitian-pendidikan/Sejarah, diakses tanggal 22 Oktober
2017 pukul 21:22 AM.
M. Nurhakim, Metode Studi Islam, Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang, 2004.
M.Yatimin, Abdullah, Studi
Islam Kontemporer, Jakarta:Sinar
Grafika Offset, 2006.
Martin, Richard. C, Pendekatan Kajian Islam dalam
Studi Islam, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2002.
Nasution, Harun Tradisi Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan
Antardisiplin Ilmu, Bandung:
Purjalit dan Nuansa, 1998.
Sejarah (http://www.penalaran-umm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/162-penelitian-historis-sejarah.html, diakses tanggal 22 Oktober
2017 pukul 21:07, AM
Yatim, Badri, Historiografi Islam, Jakarta: PT.
Logos Wacana Ilmu, 1997.
[1]Yuniar, tanti, kamus lengkap inggris-indonesia, (surabaya: 2007), hlm. 178.
[2]Badri Yatim, Historiografi Islam, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu,
1997), hlm. 1.
[3]Nasution, Harun
Tradisi Baru Penelitian Agama Islam
Tinjauan Antardisiplin Ilmu, (Bandung: Purjalit dan Nuansa, 1998),
hlm. 119
[5]Op. Cit., Tradisi Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan
Antardisiplin Ilmu. hlm. 119
[6]Hasan Usman, Metode Penelitian Sejarah. Hlm. 46
[7]Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta: DPKRI 1998), hlm. 192
[8]Sejarah (http://www.penalaran-umm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/162-penelitian-historis-sejarah.html, diakses
tanggal 22 Oktober 2017 pukul 21:07, AM
[9] http://belajarpsikologi.com/pendekatan-jenis-dan-metode-penelitian-pendidikan/Sejarah, diakses
tanggal 22 Oktober 2017 pukul 21:22 AM
[10]Kamaruzzaman, Bustaman Ahmad, ISLAM HISTORIS: Dinamika Studi Islam di
Indonesia, (Yogyakarta: Galang press, 2002), hlm. 7.
[11] Taufik Abdullah dan M Rusli Karim (ed.), Metodologi Penelitian Agama
Sebuah Pengantar, Cet. ke-2, (Yogyakarta:Tiara Wacana Yogyakarta, 1990), hlm. 92.
[12] Martin, Richard. C, Pendekatan Kajian Islam dalam Studi Islam,
(Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2002), hlm. 3.
[14]http://belajarpsikologi.com/pendekatan-jenis-dan-metode-penelitian-pendidikan/Sejarah, diakses
tanggal 22 Oktober 2017 pukul 21:18 AM
[15] http://belajarpsikologi.com/pendekatan-jenis-dan-metode-penelitian-pendidikan/Sejarah, diakses
tanggal 22 Oktober 2017 pukul 21:18 AM
No comments:
Post a Comment