SEKOLAH SEBAGAI PUSAT KEBUDAYAAN
A.
LATAR
BELAKANG
Sekolah adalah tempat kita untuk menuntut ilmu. Baik ilmu agama,
umum, social maupun budaya. Semuanya bisa kita dapatkan dibangku sekolah. Nah,
tentang kebudayaan inilah yang akan kita bahas dalam makalah ini. Seperti yang
kita tahu, bahwa budaya Indonesia sekarang sudah sedikit terkikis oleh budaya
lain, ataupun diklaim oleh Negara lain. Sebagai peserta didik yang notabennya
adalah generasi penerus bangsa, mereka harus cinta dan senang terhadap budaya
Indonesia. Sebagai guru, wajiblah kita menanamkan dan mengenalkan budaya
Indonesia kepada peserta didik mulai sejak dini.
Dari sekolah inilah, peserta didik mampu mengetahui semua budaya
yang ada di Indonesia, meski terbatas. Namun mereka bisa mengembangkan lagi di
sekolah – sekolah non formal yang sekarang banyak di dirikan untuk siapa saja
yang ingin memperdalam pengetahuan mereka tentang kebudayaan yang ada di
Indonesia. Jika dari awal kita sebagai guru sudah menanamkan rasa senang
terhadap budaya kepada peserta didik, maka dengan mudah mereka untuk mencintai
budaya Indonesia yang begitu banyak ini. Jangan sampai budaya agung Indonesia
ini di rebut oleh bangsa lain.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
pengertian dari sekolah dan budaya?
2.
Bagaimana
sekolah sebagai pusat kebudayaan?
C.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
sekolah dan budaya
Kata sekolah berasal dari bahasa
latin yaitu skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti waktu luang
atau waktu senggang.[1]
Menurut kamus besar bahasa Indonesia,
sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar, serta
tempat menerima dan memberi pelajaran.[2]
Sebagaimana yang telah diketahui
bahwa sekolah merupakan salah satu tempat bagi para peserta didik untuk
menuntut ilmu. Dan melihat kenyataanya hingga sekarang, sekolah masih dipercaya
oleh sebagian besar anggota masyarakat sebagai salah satu tempat untuk belajar,
berlatih kecakapan, menyerap pendidikan, atau tempat proses mendewasakan anak.
Sebuah sekolah itu tentunya dipimpin
oleh seorang kepala sekolah. Kepala sekolah di bantu oleh wakil kepala sekolah
dan juga staf – staf sekolah yang lain. Sekarang
di Indonesia sudah banyak menjamur sekolah – sekolah, baik yang sudah negeri
maupun yang masih swasta, dari mulai PAUD, RA/TK, MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA sampai
Perguruan Tinggi. Semua itu dipersiapkan untuk anak – anak Indonesia agar
menjadi generasi penerus bangsa yang pintar dan mencintai Indonesia.
Sedangkan kata budaya berasal dari bahasa sansekerta
“buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari
“budhi” yang artinya akal. Jadi kebudayaan ialah segala hal yang
bersangkutan dengan akal. [3]
Dalam bahasa inggris kebudayaan adalah “culture” berarti
keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi – aksi terhadap dan oleh sesame
manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain – lain.[4]
Berikut ini beberapa definisi
kebudayaan dari beberapa pakar, yaitu:
a.
Kebudayaan
adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kecakapan – kecakapan serta kebiasaan –
kebiasaan lainnya yang diperoleh atau
dihasilkan manusia sebagai anggota masyarakat. (E.B. TAYLOR)
b.
Kebudayaan ialah suatu keseluruhan hasil kelakuan manusia yang teratur dari tata
kelakuan yang harus diperoleh dengan belajar, dan yang tersusun dalam kehidupan
masyarakat. (KOENTJARANINGRAT)
c.
Kebudayaan
ialah semua hasil karya dari cipta, rasa, dan karsa masyarakat. (SELO SEMARDJAN
dan SOELAIMAN SOEMARDI)[5]
Kebudayaan dipelajari dari golongan
atau masyarakat dalam kehidupan bersama dan
tidak dilahirkan sebagai sifat biologis atau karena naluri. Perkataan culture
di Indonesia lazimnya diterjemahkan dengan kebudayaan yang seperti
diuraikan di atas tadi bertitik berat
kepada hasil hidup bersama di masyarakat. Tidak ada kebudayaan yang diciptakan
oleh seorang manusia saja, atau hasil cipta seorang manusia saja. Mungkin
penemuam – penemuan yang berarti diciptakan
oleh pemikiran seseorang, tetapi penemuan itu akhirnya akan berkembang dan
digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan didalam masyarakat itu. Bagian –
bagian dari kebudayaan yaitu kesenian, pendidikan, ilmu dan sebagainya.
Selanjutnya , kesenian biasanya menyangkut hal – hal yang mengandung unsure
keindahan (estetika), seperti seni tari, seni sastra, seni lukis dan
sebagainya. Peradaban juga merupakan bagian dari kebudayaan yang memberikan
atau merupakan ukuran kemajuan budaya sesuatu bangsa atau masyarakat, seperti
arsitektur, teknologi, ilmu pengetahuan dan sebagainya.
Jenis – jenis kebudayaan:
a.
Kebudayaan
material (kebendaan)
Kebudayaan
material ialah wujud kebudayaan yang berupa benda – benda konkret sebagai hasil
karya manusia, seperti rumah, mobil, candi, benda – benda hasil teknologi dan
sebagainya.
b.
Kebudayaan
non material (rohaniah)
Kebudayaan
nonmaterial ialah wujud kebudayaan yang tidak berupa benda – benda konkret,
yang merupakan hasil cipta dan rasa manusia, seperti
·
Hasil
cipta manusia, seperti filsafat serta ilmu pengetahuan, baik yang berewujud
teori murni maupun yang telah disusun untuk diamalkan dalam kehidupan
masyarakat.
·
Hasil
rasa manusia, berwujud nilai – nilai dan macam – macam norma kemasyarakatan
yang perlu diciptakan untuk mengatur masalah – masalah social dalam arti luas,
mencakup agama, ideology, kebatinan, kesenian, dan semua unsure yang merupakan
hasil ekspresi jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat.[6]
2.
Sekolah
sebagai pusat kebudayaan
Sekolah sebagai pusat kebudayaan
adalah sekolah yang merupakan pusat nilai – nilai yang disepakati sebagai
terpuji, dikehendaki, berguna, serta dipertaruhkan bagi kehidupan warga,
masyarakat, bangsa, dan Negara.[7]
Dan hal itu dianggap perlu dibiasakan kepada anak didik untuk sedini mungkin
menggali, mengenal, memahami, menyadari, menguasai, menghayati dan belajar
mengamalkan melalui proses belajar mengajar di sekolah.
Pendidikan nasional harus di landasi
oleh kebudayaan nasional. Di dalam undang – undang No. 2 tahun 1989 tentang system pendidikan
nasional dengan jelas dikatakan bahwa undang – undang tersebut dikeluarkan
dalam rangka memantapkan ketahanan nasional serta mewujudkan masyarakat maju
yang berakar pada kebudayaan bangsa dan persatuan nasional yang berwawasan
bhineka tunggal ika berdasarkan pancasila dan UUD 1945.[8]
Keterkaitan yang sangat erat antara pendidikan
dan kebudayaan nasional memerlukan program – program khusus yang perlu
dilaksanakan bukan saja untuk menunjukkan bahwa pendidikan berdasarkan kebudayaan, tetapi juga
kebudayaan perlu diwujudkan atau dikembangkan melalui pendidikan. Dengan kata
lain perlu ada program pendidikan untuk pengenalan dan pengembangan kebudayaan.
Pengembangan sekolah sebagai pusat kebudayaan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dalam rangka membangun peserta didik Indonesia yang cinta terhadap
bermacam – macam budaya Indonesia yang tersebar dari sabang sampai merauke. Dan
untuk mewujudkan itu bukan hal yang mudah, perlu kerja sama antara guru,
peserta didik, orang tua, dan masyarakat sekitar.
Di bawah ini adalah ciri – ciri yang
harus dimiliki oleh guru dan peserta didik di sekolah sebagai pusat kebudayaan:
1.
Berbakti
kepada Tuhan yang Maha Esa
2.
Cinta
kepada Negara Indonesia
3.
Bangga
memiliki bahasa dan budaya
4.
Ikut
serta memajukan Negara melalui usaha yang keras
5.
Bertanggung
jawab terhadap kemajuan diri sendiri dan anak didik
6.
Bertoleransi
terhadap sesama walaupun berbeda suku, bahasa, budaya, dan agama
7.
Berkeyakinan
bahwa Negara sangat memerlukan warga yang rajin, ulet, bertanggung jawab, taat
pada peraturan, dan tahu akan kewajibannya .[9]
Di dalam sekolah, tentunya banyak
sekali perbedaan yang ada pada semua penghuni sekolah. Dari sekolah ini juga
kita sebagai guru akan mengajarkan kepada peserta didik untuk saling
menghormati, saling memahami, saling menghargai perbedaan budaya, etnis, agama,
dan lainnya yang ada di antara mereka. Perbedaan – perbedaan ini tidak menjadi
penghalang bagi para peserta didik untuk bersatu. Dengan perbedaan inilah
diharapkan para peserta didik untuk tetap bersatu, saling mengisi, tidak
bercerai berai, saling bertukar pikiran juga diharapkan menjalin kerjasama
serta berlomba – lomba dalam kebaikan (fastabiqul khoirot). [10]
Bukan malah menjadikan alas an perbedaan itu untuk saling menyela dan
mengejek satu sama lain. Ingatlah
semboyan kita Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda – beda, tetapi tetap
satu jua.
Kekayaan kebudayaan Indonesia perlu
digali dan diperkenalkan serta dikembangkan oleh setiap manusia yang ada di
Indonesia. Betapa penting peranan sekolah atau pendidikan untuk mengembangkan
unsure – unsure tersebut tidak dapat diragukan lagi. Sebagai langkah awal,
mungkin sekolah tersebut mengadakan kegiatan ekstrakulikuler yang khusus
mempelajari tentang kebudayaan, baik dalam bentuk seni tari, bahasa, seni
lukis, seni batik, seni tenun dan masih banyak lagi. Itu mungkin salah satu
cara untuk menumbuhkan rasa senang kebudayaan kepada peserta didik.
Sekolah dikatakan sebagai pusat
kebudayaan karena di sekolah kita bisa belajar tentang kebudayaan, baik sekolah
formal maupun non formal. Banyak mata pelajaran sekarang yang dikhususkan untuk
mempelajari kebudayaan, contoh: antropologi, sosiologi dan lain – lain. Selain
itu juga disekolah terdapat banyak perbedaan suku, ras, bahasa dan lain – lain
diantara para peserta didik. Itu juga bisa membantu peserta didik untuk saling
mengenal dan mempelajari dari sesama temannya. Sedang dari sekolah non formal
seperti kursus juga pelatihan – pelatihan yang sekarang sudah banyak menjamur
dimana – mana dan dengan mudah bisa kita temukan. Museum juga secara tidak langsung sudah membantu
menjadi sekolah non formal untuk memperkenalkan barang – barang peninggalan
sejarah dan budaya pada zaman dahulu. Banyak kita lihat sekarang para pemuda
khususnya para peserta didik melupakan budaya Indonesia, dan lebih memilih
budaya luar, seperti contoh: tarian, sekarang banyak tarian dari Negara –
negara barat yang mempengaruhi masyarakat Indonesia. Apabila ini dibiarkan,maka budaya yang kita miliki
akan hilang di telan zaman ataupun diklaim Negara lain seperti yang terjadi
kemarin. Ini menjadi tugas berat guru di sekolah agar mampu menumbuhkan minat
peserta didik untuk senang terhadap budaya milik kita sendiri. Guru yang
mengajar di bidang tersebut juga harus pintar dan berkompeten dibidangnya,
jangan hanya sekedar tahu saja,itu juga merupakan potret yang kurang baik untuk
peserta didik.
Sekolah merupakan harapan para
masyarakat untuk menjadikan indonesia sebagai Negara yang bukan hanya kaya
dalam budaya namun juga kaya dengan generasi penerus bangsa yang pintar dan
mencintai budaya Indonesia. Hal ini juga butuh kerja sama antara guru, peserta
didik, dan masyarakat agar tercapai tujuan seperti yang diinginkan. Cintailah
budaya dalam negeri untuk membantu memajukan dan membawa budayaa Indonesia ke
ranah internasional.
3.
KESIMPULAN
Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar,
serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sedang kebudayaan ada beberapa
definisi,
Berikut ini beberapa definisi kebudayaan dari beberapa pakar,
yaitu:
·
Kebudayaan
adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kecakapan – kecakapan serta kebiasaan –
kebiasaan lainnya yang diperoleh atau
dihasilkan manusia sebagai anggota masyarakat. (E.B. TAYLOR)
·
Kebudayaan ialah suatu keseluruhan hasil kelakuan manusia yang teratur dari tata
kelakuan yang harus diperoleh dengan belajar, dan yang tersusun dalam kehidupan
masyarakat. (KOENTJARANINGRAT)
·
Kebudayaan
ialah semua hasil karya dari cipta, rasa, dan karsa masyarakat. (SELO SEMARDJAN
dan SOELAIMAN SOEMARDI)
Sekolah sebagai pusat kebudayaan adalah sekolah yang merupakan
pusat nilai – nilai yang disepakati sebagai terpuji, dikehendaki, berguna,
serta dipertaruhkan bagi kehidupan warga, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Ciri – ciri yang harus dimiliki oleh guru dan peserta didik di sekolah sebagai pusat kebudayaan:
·
Berbakti
kepada Tuhan yang Maha Esa
·
Cinta
kepada Negara Indonesia
·
Bangga
memiliki bahasa dan budaya
·
Ikut
serta memajukan Negara melalui usaha yang keras
·
Bertanggung
jawab terhadap kemajuan diri sendiri dan anak didik
·
Bertoleransi
terhadap sesama walaupun berbeda suku, bahasa, budaya, dan agama
·
Berkeyakinan
bahwa Negara sangat memerlukan warga yang rajin, ulet, bertanggung jawab, taat
pada peraturan, dan tahu akan kewajibannya .
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan.
Ary H, Sosiologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2000.
Mahfud
.Choirul, Pendidikan Multikultural, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006.
Ustman.
Kahar, Sosiologi Pendidikan, Buku Daros, Kudus, 2009.
Tilaar,
Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung, 1999.
KBBI,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai
Pustaka, Jakarta, 1991.
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah
[2]
KBBI,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai
Pustaka, Jakarta, 1991, hal 892.
[3] Gunawan. Ary H,
Sosiologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal 16.
[4] Ustman. Kahar, Sosiologi
Pendidikan, Buku Daros, Kudus, 2009, hal 39.
[5] Op .cit
[6] Ibid hal 17
[8] Tilaar, Pendidikan
Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia, PT Remaja Rosdakarya, 1999, Bandung, hal 85.
[10] Mahfud
.Choirul, Pendidikan Multikultural, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hal 5.
No comments:
Post a Comment