Breaking News

Makalah

Wednesday, October 12, 2016

TINJAUAN FILOSOFIS METODE PENDIDIKAN ISLAM


TINJAUAN FILOSOFIS METODE PENDIDIKAN ISLAM

A.    PENDAHULUAN
Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi semua manusia dari sejak lahir sampai ke liang  lahat. Pendidikan merupakan interaksi antara manusia, terutama antara pendidik dan peserta didik.  Dalam  praktek  pelaksanaan  sebuah  kegiatan pendidikan  dan  proses belajar  mengajar  mutlak  diperlukan  sebuah  kurikulum,  kurikulum merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan yang diinginkan oleh suatu lembaga pendidikan.
Selain kurikulum, ada juga yang tidak kalah penting adalah sebuah metode untuk membantu proses dalam belajar mengajar siswa. Berbagai metode telah tersedia untuk membantu seorang guru mempermudah pemahaman terhadap peserta didik. Selain keduanya, ada pula lingkungan pendidikan yang sangat memebantu terlaksananya proses belajar mengajar. Di bawah ini akan di bahas lebih lanjut tentang ketiganya.
B.     PERMASALAHAN
Dengan segala keterbatasan penulis, disini kami akan membahas beberapa pembahasan yang tidak terlaluu rinci. Adapun yang akan kami bahas dalam makalah ini antara lain:
1.      Bagaimana tinjauan filosofis tentang metode pendidikan Islam?
2.      Bagaimana tinjauan filosofis tentang lingkungan pendidikan Islam?
3.      Bagaimana tinjauan filosofis tentang kurikulum pendidikan Islam?
C.     PEMBAHASAN
1.      Tinjauan Filosofis Tentang Metode Pendidikan Islam
a.       Pengertian Metode Pendidikan Islam
Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta  berarti “melalui” dan  hodos berarti “jalan” atau “cara”. Dengan demikian metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Selanjutnya jika kata metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan islam, dapat membawa arti metode sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seorang siswa, sehingga terlihat dalam pribadi obyek sasaran, yaitu pribadi islami.[1]
Dalam bahasa arab kata metode diungkapkan dalam berbagai kata. Terkadang digunakan kata at-thariqoh, manhaj, dan al-Wasilah. At-thariqoh berarti jalan, manhaj berarti sistem, dan al-wasilah berarti perantara atau mediator. Dengan demikian, kata berbahasa arab yang dekat dengan arti metode adalah at-thariqoh. Dari pendekatan kebahasaan tersebut Nampak bahwa metode lebih menunjukkan kepada jalan yang bersifat non fisik. Yakni jalan yang dalam bentuk ide – ide yang mengacu kepada cara yang mengantarkan seseorang untuk sampai kepada tujuan yang ditentukan. Namun demikian, secara terminologis atau istilah kata metode bisa membawa kepada pengertian yang bermacam – macam sesuai dengan konteksnya.[2]
b.      Fungsi Metode Pendidikan
Tentang fungsi metode secara umum dapat dikemukakan sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan tersebut. Sedangkan dalam konteks lain metode dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu.
Dalam menyampaikan materi pendidikan kepada peserta didik sebagaimana ditetapkan metode yang didasarkan kepada pandangan dan persepsi dalam menghadapi manusia sesuai dengan unsur penciptanya, yaitu jasmani, akal, dan jiwa yang dengan mengarahkannya agar menjadi orang yang sempurna.  Karena itu materi pendidikan yang disajikan oleh Al – Qur’an seantiasa mengarah kepada pengembangan jiwa, akal, jasmani manusia itu, hingga dijumpai ayat yang mengaitkan keterampilan  dengan kekuasaan tuhan, yaitu ayat yang berbunyi : “ Dan Bukanlah kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah – lah yang melempar “.(Qs.Al – anfal,8:9).[3]
Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana dalam menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tida akan dapat berproses secara  efisien dan efektif dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan. Metode pendidikan yang tidak efektif akan menjadi penghambat kelancaran proses belajar mengajar sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Oleh karena itu metode yang diterpkan oleh guru akan berdaya guna dan berhasil guna jika mampu dipergunakan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.[4]Dengan demikian jelaslah bahwa metode amat berfungsi dalam menyampaikan materi pendidikan.
c.       Macam-macam metode pendidikan Islam
Al Qur’an menawarkan berbagai pendekatan dan metode dalam pendidikan, yakni dalam menyampaikan materi pendidikan. Metode tersebut antara lain:
a.       Metode teladan
b.      Metode kisah-kisah
c.       Metode nasihat
d.      Metode pembiasaan
e.       Metode hukuman dan ganjaran
f.       Metode ceramah (khutbah)
g.      Metode diskusi
2.      Tinjauan Filosofis tentang Lingkungan Pendidikan Islam
a.       Pengertian Lingkungan Pendidikan Islam
Salah satu sistem yang memungkinkan proses pendidikan islam berlangsung secara konsisten dan berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuannya adalah institusi atau kelembagaan pendidikan Islam. Dari pernyataan ini dapat dipahami bahwa lingkungan pendidikan islam adalah suatu institusi atau lembaga di mana pendidikan itu berlangsung. Lebih jelasnya, lingkungan pendidikan Islam adalah suatu lingkungan yang di dalamnya terdapat ciri-ciri keislaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan Islam dengan baik.
b.      Fungsi lingkungan pendidikan Islam
Sebagaimana telah dijelaskan diatas, bahwa lingkungan  atau tempat berguna untuk menunjang suatu kegiatan, termasuk kegiatan  pendidikan, karena tidak ada satupun kegiatan yang tidak memerlukan tempat di mana kegiatan itu diadakan. Sebagai lingkungan tarbiyah Islamiyyah, ia mempunyai fungsi antara lain menunjang terjadinya proses kegiatan belajar mengajar secara aman, tertib dan berkelanjutan.
Sebelum belajar di madrasah–madrasah tersebut, kaum muslim belajar di kutab di mana Diajarkan bagaimana cara membaca dan menulis huruf al-Qur’an, dan kemudian diajarkan ilmu agama dan ilmu al-Qur’an. Perkembangan selanjutnya institusi lembaga pendidikan ini di sederhanakan menjadi  lingkungan pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah.
·         Satuan Pendidikan luar Sekolah
Diantara satuan pendidikan luar sekolah adalah keluarga yang berlangsung di rumah. Di dalam Al Qur’an, terciptanya keluarga dianggap sebagai sesuatu yang suci dan tidak sepantasnya dijadikan sarana untuk bermain-main atau pemuas hawa nafsu saja melainkan diunakan untuk mencapai tujuan-tujuan mulia, seperti saling membina kasih sayang, tolong menolong, mendidik anak, berkresi, berinovasi. Dengan demikian, keluarga amat berfungsi dalam mendukung terciptanya kehidupan yang beradab. Ia merupakan landasan bagi terwujudnya masyarakat beradab. Tanpa landasan ini, akan menyebabkan kekacauan dalam masyarakat.[5]
·         Lingkungan pendidikan sekolah
Sekolah sebagai tempat belajar sudah tidak dipersoalkan lagi keberadaannya. Secara historis keberadaan sekolah ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari keberadaan masjid, yaitu karena adanya di antara mata pelajaran-mata pelajaran yang untuk mempelajarinya diperlukan soal jawab, perdebatan, dan pertukaran pikiran.
·         Lingkungan masyarakat
Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT, yang keberadaan hidupnya tidak dapat menyendiri. Manusia membutuhkan masyarakat di dalam pertumbuhan da perkembangan kemajuannya yang dapat meninggikan kualitas hidupnya. Semua itu membutuhkan masyarakat, dan mereka harus hidup di masyarakat. Ibnu Sina pernah mengatakan : “Manusia berbeda dengan makhluk lainnya disebabkan manusia itu tidak dapat memperbaiki kehidupannya jika ia hidup menyendiri tanpa ada orang lain yang menolong memenuhi kebutuhan hidupnya”.
Kebutuhan manusia yang diperlukan dari masyarakat tidak hanya menyangkut bidang material melainkan juga bidang spiritual, termasuk ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan sebagainya. Dengan demikian, dapat ditarik suatu pemahaman bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan pendidikan manusia memerlukan adanya lingkungan sosial masyarakat.[6]
3.      Tinjauan filosofis tentang kurikulum pendidikan Islam
a.       Pengertian kurikulum
Kurikulum berasal dari bahasa latin, curriculum yang berarti bahan pengajaran. Sedang menurut istilah adalah rancangan mata pelajaran bagi suatu kagiatan jenjang pendidikan tertentu, dan dengan menguasainya seseorang dapat dinyatakan lulus dan berhak memperoleh ijazah.
Menurut Burhan Nurgiyantoro, kurikulum hendaknya dapat dijadikan ukuran kualitas proses dan keluaran pendidikan. Sehingga dalam satu kurikulum sekolah telah tergambar tentang berbagai pengetahuan ketrampilan, sikap serta nilai-nilai yang diharapkan dimiliki oleh setiap lulusan sekolah.[7]
b.      Asas – asas kurikulum pendidikan islam
Secara filosofis, penyusunan sebuah kurikulum harus berdasarkan asas- asas dan orientasi tertentu. Asas- asas tersebut sebagaimana dikemukakan S. Nasution meliputi asas filosofis, sosiologis, organisatoris, dan psikologis. Asas filosofis berperan sebagai penentu tujuan umum pendidikan. Sedang asas sosiologis berperan memberikan dasar untuk menentukan apa saja yang  akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan, perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Sedang asas organisatoris berfungsi memberikan dasar- dasar dalam bentuk bagaimana bahan pelajaran itu disusun, dan bagaimana penentuan luas dan urutan mata pelajaran. Selanjutnya asas psikologis berperan memberikan berbagai prinsip- prinsip tentang perkembangan  anak didik dalam berbagai aspeknya, serta cara menyampaikan bahan pelajaran agar dapat dicerna dan dikuasai oleh anak didik sesuai dengan tahap perkembangannya.[8]
c.       Ciri-ciri Kurikulum dalam Pendidikan Islam
Omar Muhammad al-Toumy al-Saibany menyebutkan lima ciri kurikulum pendidikan Islam. Kelima ciri tersebut secara ringkas dapat disbutkan sebagai berikut:
1.      Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan-tujuannya dan kandungan-kandungannya, metode-metode , alat-alat, dan tekniknya bercorak agama.
2.      Meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya. Yaitu, kurikulum yang betul-betul mencerminkan semangat, pemikiran dan ajaran yang menyeluruh. Disamping itu ia juga luas dalam perhatiannya. Ia memperhatikan pengembangan dan bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologis, sosial, dan spiritual.
3.      Bersikap seimbang diantara berbagai ilmu yang dikandung dalam kurikulum yang akan digunakan. Selain itu juga seimbang antara pengetahuan yang berguna bagi pengembangan individual dan pengembangan sosial.
4.      Bersikap menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang diperlukan oleh anak didik.
5.      Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan minat dan bakat anak didik.
d.      Prisip-prinsip Kurikulum Pendidikan Islam
Selain memiliki ciri-ciri sebagaimana disebutkan di atas, kurikulum pendidikan Islam memiliki beberapa prinsip yang harus ditegakkan. Al-Syaibany dalam hal ini menyebutkan tujuh prinsip kurikulum pendidikan islam yaitu:
1.      Prinsip pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajarannya dan nilai-nilainya. Setiap bagian yang terdapat dalam kurikulum, mulai dari tujuan, kandungan, metode mengajar, cara-cara perlakuan, dan sebagainya harus berdasar pada agama dan akhlak islam. Yakni harus terisi dengan jiwa agama islam, keutamaan, cita-cita, dan kemauannya yang baik sesuai dengan ajaran islam.
2.      Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum, yakni mencakup tujuan membina akidah, akal, dan jasmaninya, dan hal lain yang bermanfaat bagi masyarakat dalam perkembangan spiritual, kebudayaan, sosial ekonomi, politik termasuk ilmu-ilmu agama, bahasa, kemanusiaan, fisik, praktis, profesional, seni rupa, dan sebagainya.
3.      Prinsip keseimbangan yang relatif antara tujuan-tujuan dan kandungan kurikulum.
4.      Prinsip perkaitan antara bakat, minat, kemampuan-kemampuan, dan kebutuhan pelajar. Begitu juga dengan alam sekitar baik yang bersifat fisik maupun sosial di mana pelajar itu hidup dan berinteraksi.
5.      Prinsip pemeliharan perbedaan-perbedaan individual di antara para pelajar, baik dari segi minat maupun bakatnya.
6.      Prinsip menerima perkembangan dan perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat.
7.      Prinsip keterkaitan antara berbagai mata pelajaran dengan pengalaman-pengalaman dan aktivitas yang terkandung dalam kurikulum.[9]
D.    KESIMPULAN
 Metode berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta  berarti “melalui” dan  hodos berarti “jalan” atau “cara”. Dengan demikian metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Macam-macam metode pendidikan Islam:
Metode teladan
Metode kisah-kisah
Metode nasihat
Metode pembiasaan
Metode hukuman dan ganjaran
Metode ceramah (khutbah)
Metode diskusi
 Lingkungan pendidikan Islam adalah suatu lingkungan yang di dalamnya terdapat ciri-ciri keislaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan Islam dengan baik.
Kurikulum adalah rancangan mata pelajaran bagi suatu kagiatan jenjang pendidikan tertentu, dan dengan menguasainya seseorang dapat dinyatakan lulus dan berhak memperoleh ijazah.













E.     DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003.
Adri Efferi, Filsafat Pendidikan Islam, Kudus: Nora Media Enterprise, 2011.
http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/07/tinjauan-filosofis-tentang-lingkungan.html



[1] Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, hal. 91.
[2] http://inmuchlis.blogspot.com/2012/02/tinjauan-filosofis-tentang-metode.html
[3] http://inmuchlis.blogspot.com/2012/02/tinjauan-filosofis-tentang-metode.html
[4] Arifin, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003, hal.144.
[5] Abuddin Nata, op.cit,hal. 111
[7] Adri Efferi, Filsafat Pendidikan Islam, Kudus: Nora Media Enterprise, 2011, hal.91.
[8] Abuddin Nata, Op.cit, hal 125.
[9] Abuddin Nata, Op.cit, hal 127-128.

No comments:

© Copyright YONGKIRUDI