TINJAUAN FILOSOFIS METODE PENDIDIKAN ISLAM
A.
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi semua manusia dari
sejak lahir sampai ke liang lahat.
Pendidikan merupakan interaksi antara manusia, terutama antara pendidik dan
peserta didik. Dalam praktek
pelaksanaan sebuah kegiatan pendidikan dan proses belajar
mengajar mutlak diperlukan
sebuah kurikulum, kurikulum merupakan landasan yang digunakan
pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan yang
diinginkan oleh suatu lembaga pendidikan.
Selain kurikulum, ada juga yang tidak kalah penting adalah sebuah
metode untuk membantu proses dalam belajar mengajar siswa. Berbagai metode
telah tersedia untuk membantu seorang guru mempermudah pemahaman terhadap
peserta didik. Selain keduanya, ada pula lingkungan pendidikan yang sangat
memebantu terlaksananya proses belajar mengajar. Di bawah ini akan di bahas
lebih lanjut tentang ketiganya.
B.
PERMASALAHAN
Dengan segala keterbatasan penulis, disini kami akan membahas
beberapa pembahasan yang tidak terlaluu rinci. Adapun yang akan kami bahas
dalam makalah ini antara lain:
1.
Bagaimana tinjauan filosofis tentang metode pendidikan Islam?
2.
Bagaimana tinjauan filosofis tentang lingkungan pendidikan Islam?
3.
Bagaimana tinjauan filosofis tentang kurikulum pendidikan Islam?
C.
PEMBAHASAN
1.
Tinjauan Filosofis Tentang Metode Pendidikan Islam
a.
Pengertian Metode Pendidikan Islam
Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan
hodos. Meta berarti “melalui”
dan hodos berarti “jalan” atau “cara”.
Dengan demikian metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan. Selanjutnya jika kata metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan
islam, dapat membawa arti metode sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan
agama pada diri seorang siswa, sehingga terlihat dalam pribadi obyek sasaran,
yaitu pribadi islami.[1]
Dalam bahasa arab kata metode diungkapkan dalam berbagai kata.
Terkadang digunakan kata at-thariqoh, manhaj, dan al-Wasilah. At-thariqoh
berarti jalan, manhaj berarti sistem, dan al-wasilah berarti perantara atau
mediator. Dengan demikian, kata berbahasa arab yang dekat dengan arti metode
adalah at-thariqoh. Dari pendekatan kebahasaan tersebut Nampak bahwa metode
lebih menunjukkan kepada jalan yang bersifat non fisik. Yakni jalan yang dalam
bentuk ide – ide yang mengacu kepada cara yang mengantarkan seseorang untuk
sampai kepada tujuan yang ditentukan. Namun demikian, secara terminologis atau
istilah kata metode bisa membawa kepada pengertian yang bermacam – macam sesuai
dengan konteksnya.[2]
b.
Fungsi Metode Pendidikan
Tentang fungsi metode secara umum dapat dikemukakan sebagai pemberi
jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu
pendidikan tersebut. Sedangkan dalam konteks lain metode dapat merupakan sarana
untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan
disiplin suatu ilmu.
Dalam menyampaikan materi pendidikan kepada peserta didik sebagaimana
ditetapkan metode yang didasarkan kepada pandangan dan persepsi dalam
menghadapi manusia sesuai dengan unsur penciptanya, yaitu jasmani, akal, dan
jiwa yang dengan mengarahkannya agar menjadi orang yang sempurna. Karena
itu materi pendidikan yang disajikan oleh Al – Qur’an seantiasa mengarah kepada
pengembangan jiwa, akal, jasmani manusia itu, hingga dijumpai ayat yang mengaitkan
keterampilan dengan kekuasaan tuhan, yaitu ayat yang berbunyi : “ Dan
Bukanlah kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah – lah yang
melempar “.(Qs.Al – anfal,8:9).[3]
Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang
sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana dalam
menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum. Tanpa metode,
suatu materi pelajaran tida akan dapat berproses secara efisien dan efektif dalam kegiatan belajar
mengajar menuju tujuan pendidikan. Metode pendidikan yang tidak efektif akan
menjadi penghambat kelancaran proses belajar mengajar sehingga banyak tenaga
dan waktu terbuang sia-sia. Oleh karena itu metode yang diterpkan oleh guru
akan berdaya guna dan berhasil guna jika mampu dipergunakan dalam mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.[4]Dengan
demikian jelaslah bahwa metode amat berfungsi dalam menyampaikan materi
pendidikan.
c.
Macam-macam metode pendidikan Islam
Al Qur’an menawarkan berbagai pendekatan dan metode dalam
pendidikan, yakni dalam menyampaikan materi pendidikan. Metode tersebut antara
lain:
a.
Metode teladan
b.
Metode kisah-kisah
c.
Metode nasihat
d.
Metode pembiasaan
e.
Metode hukuman dan ganjaran
f.
Metode ceramah (khutbah)
g.
Metode diskusi
2.
Tinjauan Filosofis tentang Lingkungan Pendidikan Islam
a.
Pengertian Lingkungan Pendidikan Islam
Salah satu sistem yang memungkinkan proses pendidikan islam
berlangsung secara konsisten dan berkesinambungan dalam rangka mencapai
tujuannya adalah institusi atau kelembagaan pendidikan Islam. Dari pernyataan
ini dapat dipahami bahwa lingkungan pendidikan islam adalah suatu institusi
atau lembaga di mana pendidikan itu berlangsung. Lebih jelasnya, lingkungan
pendidikan Islam adalah suatu lingkungan yang di dalamnya terdapat ciri-ciri
keislaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan Islam dengan baik.
b.
Fungsi lingkungan pendidikan Islam
Sebagaimana telah dijelaskan diatas, bahwa
lingkungan atau tempat berguna untuk menunjang suatu kegiatan,
termasuk kegiatan pendidikan, karena tidak ada satupun kegiatan yang
tidak memerlukan tempat di mana kegiatan itu diadakan. Sebagai lingkungan
tarbiyah Islamiyyah, ia mempunyai fungsi antara lain menunjang terjadinya
proses kegiatan belajar mengajar secara aman, tertib dan berkelanjutan.
Sebelum belajar di madrasah–madrasah tersebut, kaum muslim belajar
di kutab di mana Diajarkan bagaimana cara membaca dan menulis huruf al-Qur’an,
dan kemudian diajarkan ilmu agama dan ilmu al-Qur’an. Perkembangan selanjutnya
institusi lembaga pendidikan ini di sederhanakan menjadi lingkungan
pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah.
·
Satuan Pendidikan luar Sekolah
Diantara
satuan pendidikan luar sekolah adalah keluarga yang berlangsung di rumah. Di
dalam Al Qur’an, terciptanya keluarga dianggap sebagai sesuatu yang suci dan
tidak sepantasnya dijadikan sarana untuk bermain-main atau pemuas hawa nafsu
saja melainkan diunakan untuk mencapai tujuan-tujuan mulia, seperti saling
membina kasih sayang, tolong menolong, mendidik anak, berkresi, berinovasi.
Dengan demikian, keluarga amat berfungsi dalam mendukung terciptanya kehidupan
yang beradab. Ia merupakan landasan bagi terwujudnya masyarakat beradab. Tanpa
landasan ini, akan menyebabkan kekacauan dalam masyarakat.[5]
·
Lingkungan pendidikan sekolah
Sekolah
sebagai tempat belajar sudah tidak dipersoalkan lagi keberadaannya. Secara
historis keberadaan sekolah ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari
keberadaan masjid, yaitu karena adanya di antara mata pelajaran-mata pelajaran
yang untuk mempelajarinya diperlukan soal jawab, perdebatan, dan pertukaran
pikiran.
·
Lingkungan masyarakat
Manusia
adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT, yang keberadaan hidupnya tidak dapat
menyendiri. Manusia membutuhkan masyarakat di dalam pertumbuhan da perkembangan
kemajuannya yang dapat meninggikan kualitas hidupnya. Semua itu
membutuhkan masyarakat, dan mereka harus hidup di masyarakat. Ibnu Sina pernah
mengatakan : “Manusia berbeda dengan makhluk lainnya disebabkan manusia itu
tidak dapat memperbaiki kehidupannya jika ia hidup menyendiri tanpa ada orang
lain yang menolong memenuhi kebutuhan hidupnya”.
Kebutuhan
manusia yang diperlukan dari masyarakat tidak hanya menyangkut bidang material
melainkan juga bidang spiritual, termasuk ilmu pengetahuan, pengalaman,
keterampilan, dan sebagainya. Dengan demikian, dapat ditarik suatu pemahaman
bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan pendidikan manusia memerlukan adanya
lingkungan sosial masyarakat.[6]
3.
Tinjauan filosofis tentang kurikulum pendidikan Islam
a.
Pengertian kurikulum
Kurikulum berasal dari bahasa latin, curriculum yang berarti
bahan pengajaran. Sedang menurut istilah adalah rancangan mata pelajaran bagi
suatu kagiatan jenjang pendidikan tertentu, dan dengan menguasainya seseorang
dapat dinyatakan lulus dan berhak memperoleh ijazah.
Menurut Burhan Nurgiyantoro, kurikulum hendaknya dapat dijadikan
ukuran kualitas proses dan keluaran pendidikan. Sehingga dalam satu kurikulum sekolah
telah tergambar tentang berbagai pengetahuan ketrampilan, sikap serta
nilai-nilai yang diharapkan dimiliki oleh setiap lulusan sekolah.[7]
b.
Asas – asas kurikulum pendidikan islam
Secara filosofis, penyusunan sebuah kurikulum harus berdasarkan
asas- asas dan orientasi tertentu. Asas- asas tersebut sebagaimana dikemukakan
S. Nasution meliputi asas filosofis, sosiologis, organisatoris, dan psikologis.
Asas filosofis berperan sebagai penentu tujuan umum pendidikan. Sedang asas
sosiologis berperan memberikan dasar untuk menentukan apa saja yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
kebudayaan, perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Sedang asas
organisatoris berfungsi memberikan dasar- dasar dalam bentuk bagaimana bahan
pelajaran itu disusun, dan bagaimana penentuan luas dan urutan mata pelajaran.
Selanjutnya asas psikologis berperan memberikan berbagai prinsip- prinsip
tentang perkembangan anak didik dalam
berbagai aspeknya, serta cara menyampaikan bahan pelajaran agar dapat dicerna
dan dikuasai oleh anak didik sesuai dengan tahap perkembangannya.[8]
c.
Ciri-ciri Kurikulum dalam Pendidikan Islam
Omar Muhammad al-Toumy al-Saibany menyebutkan lima ciri kurikulum
pendidikan Islam. Kelima ciri tersebut secara ringkas dapat disbutkan sebagai
berikut:
1.
Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan-tujuannya dan
kandungan-kandungannya, metode-metode , alat-alat, dan tekniknya bercorak
agama.
2.
Meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya. Yaitu, kurikulum
yang betul-betul mencerminkan semangat, pemikiran dan ajaran yang menyeluruh.
Disamping itu ia juga luas dalam perhatiannya. Ia memperhatikan pengembangan
dan bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual,
psikologis, sosial, dan spiritual.
3.
Bersikap seimbang diantara berbagai ilmu yang dikandung dalam
kurikulum yang akan digunakan. Selain itu juga seimbang antara pengetahuan yang
berguna bagi pengembangan individual dan pengembangan sosial.
4.
Bersikap menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang
diperlukan oleh anak didik.
5.
Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan minat dan bakat
anak didik.
d.
Prisip-prinsip Kurikulum Pendidikan Islam
Selain memiliki ciri-ciri sebagaimana disebutkan di atas, kurikulum
pendidikan Islam memiliki beberapa prinsip yang harus ditegakkan. Al-Syaibany
dalam hal ini menyebutkan tujuh prinsip kurikulum pendidikan islam yaitu:
1.
Prinsip pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajarannya
dan nilai-nilainya. Setiap bagian yang terdapat dalam kurikulum, mulai dari
tujuan, kandungan, metode mengajar, cara-cara perlakuan, dan sebagainya harus
berdasar pada agama dan akhlak islam. Yakni harus terisi dengan jiwa agama
islam, keutamaan, cita-cita, dan kemauannya yang baik sesuai dengan ajaran
islam.
2.
Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan
kandungan-kandungan kurikulum, yakni mencakup tujuan membina akidah, akal, dan
jasmaninya, dan hal lain yang bermanfaat bagi masyarakat dalam perkembangan
spiritual, kebudayaan, sosial ekonomi, politik termasuk ilmu-ilmu agama,
bahasa, kemanusiaan, fisik, praktis, profesional, seni rupa, dan sebagainya.
3.
Prinsip keseimbangan yang relatif antara tujuan-tujuan dan
kandungan kurikulum.
4.
Prinsip perkaitan antara bakat, minat, kemampuan-kemampuan, dan
kebutuhan pelajar. Begitu juga dengan alam sekitar baik yang bersifat fisik
maupun sosial di mana pelajar itu hidup dan berinteraksi.
5.
Prinsip pemeliharan perbedaan-perbedaan individual di antara para
pelajar, baik dari segi minat maupun bakatnya.
6.
Prinsip menerima perkembangan dan perubahan sesuai dengan
perkembangan zaman dan tempat.
7.
Prinsip keterkaitan antara berbagai mata pelajaran dengan
pengalaman-pengalaman dan aktivitas yang terkandung dalam kurikulum.[9]
D.
KESIMPULAN
Metode berasal dari dua
perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”. Dengan
demikian metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu
tujuan. Macam-macam metode pendidikan Islam:
Metode
teladan
Metode
kisah-kisah
Metode
nasihat
Metode
pembiasaan
Metode
hukuman dan ganjaran
Metode
ceramah (khutbah)
Metode diskusi
Lingkungan pendidikan Islam
adalah suatu lingkungan yang di dalamnya terdapat ciri-ciri keislaman yang
memungkinkan terselenggaranya pendidikan Islam dengan baik.
Kurikulum adalah rancangan mata pelajaran bagi suatu kagiatan
jenjang pendidikan tertentu, dan dengan menguasainya seseorang dapat dinyatakan
lulus dan berhak memperoleh ijazah.
E.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1997.
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003.
Adri Efferi, Filsafat Pendidikan Islam, Kudus: Nora Media
Enterprise, 2011.
http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/07/tinjauan-filosofis-tentang-lingkungan.html
No comments:
Post a Comment