});
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM PATI
TEOLOGI KEMISKINAN
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tauhid Ilmu Kalam
Dosen Pengampu : Bapak Zumrodi,
M.Ag
Oleh :
1. Devi Fitria NIM
: 117101
2. M. Sofiul Lubab NIM
: 117111
3. Nur Hidayat NIM
:117115
4.Titik Handayani NIM
: 117120
KELAS/ SEMESTER : F/IV
PRODI/JURUSAN :
TARBIYAH/PAI
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya makalah ini dapat diselesaikan
sesuai dengan rencana.Makalah yang berjudul “Teologi Kemiskinan” Ini sebagai
pemenuhan tugas dari Dosen Pembimbing Tauhid Ilmu Kalam.
Selama penyusunan makalah ini banyak kendala yang dihadapi, namun
berkat bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak semua kendala tersebut dapat
teratasi. Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1.
Orang tua yang
selalu memberi doa dan restu
2.
Bapak Zumrodi,
M.Ag. selaku dosen mata kuliah Tauhid
Ilmu Kalam.
3.
Semua pihak
yang terkait dalam penulisan makalah ini
Penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis, untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Pati, April 2019
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………... i
Kata Pengantar………………………………………………………..…….ii
Daftar Isi………………………………………………………………...….iii
BAB I PENDAHULUAN
- Latar
Belakang………………………………………………...…... 1
- Rumusan
Masalah……………………………………………...…... 2
- Tujuan
Masalah ………………………………………………...…. 2
BAB II PEMBAHASAN
- Pengertian Teologi Kemiskinan …………….……………………... 3
- Pandangan Beberapa Aliran............................................................... 3
- Sarana Pengentasan Kemiskinan....................................................... 6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………..…………… 10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu Tauhid merupakan ilmu yang sangat mendasar
didalam Islam.Sebab Ilmu Tauhid adalah sebagian dari tanda-tanda agama sejati
dan murni yang diturunkan oleh Allah yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Tanpa
mengetahui Ilmu Tauhid, kita tidak akan menemukan tujuan hidup sebenarnya,
sebab seorang hamba harus tahu benar, siapa yang disembah dan dimana kita
berdiam setelah mati. Ilmu tauhid membahas ajaran dasar dari agama islam.
Karena itu, setiap orang muslim berkeinginan mengenali seluk beluk agamanya
secara mendalam melalui ilmu tersebut.
Teologi ilmu tentang ketuhanan, yaitu suatu disiplin ilmu yang
berbicara tentang Tuhan dari segala segi yang berarti juga berhubungan dengan
alam dan manusia.Teologi dalam istilah bahasa inggris, sebagaimana dikatakan
Wiliam L. Reese mendefinisikan dengan discourse or reason concerning God
(diskursus atau pemikiran tentang Tuhan).
Ilmu teologi membahas tentang ajaran-ajaran dasar dari sesuatu
agama.Setiap orang ingin menyelami seluk-beluk agamanya secara mendalam, perlu
mempelajari teologi yang terdapat dalam agama yang dianutnya. Mempelajari
teologi akan memberi seseorang keyakinan-keyakinan yang berdasarkan pada
landasan kuat, yang tidak mudah diombang-ambing oleh peredaran zaman.
Akhirnya harapan saya kepada para pembaca, kiranya tidak jemu-jemu
memberikan koreksi dan kritik untuk memperbaiki materi ini.Sebab kekurangan
sudah tentu selalu terdapat pada insani yang dhaif. Untuk itu, saya akan
menunggu dan menerima dengan senang hati, diiringi ucapan ribuan terima kasih.
Semoga Allah SWT, jugalah yang memberi imbalan pahala yang tak terhingga kepada
segenap pihak yang membantu untuk mencari kebenaran dalam ajaran agama yang
diridhai-Nya. Amiin.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian teologi kemiskinan?
2.
Bagaimana pandangan beberapa aliran tentang teologi
kemiskinan?
3.
Bagaimana cara menuntaskan kemiskinan?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahuipengertian teologi kemiskinan.
2.
Untuk
mengetahuipandangan beberapa aliran tentang teologi kemiskinan.
3.
Untuk
mengetahuicara menuntaskan kemiskinan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teologi Kemiskinan
Secara etimologis, teologi berasal dari kata theos artinya Tuhan
dan logos berarti ilmu, science, atau discourse. sebagaimana dikatakan Wiliam
L. Reese mendefinisikan dengan discourse or reason concerning God (diskursus
atau pemikiran tentang Tuhan). Dengan mengutip kata-kata Wiliam Ockham, Reese
lebih jauh mengatakan,” Theology to be discipline resting on revealed truth and
independent of both philosophy and science.” (Teologi merupakan disiplin ilmu
yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu
pengetahuan).Sementara itu Gove menyatakan bahwa teologi adalah penjelasan
tentang keimanan.perbuatan, pengalaman agama secara rasional.
Miskin atau kemiskinan dipahami sebagai
ketiadaan harta atau ketidakberdayaan yang membuat seorang tak mampu memenuhi
kebutuhan pokoknya. Dalam bahasa
Arab, kata miskin berakar dari kata sakana, yaskun, sukun, yang secara harfiah
berarti diam, tak bergerak.Jadi, miskin menunjuk pada kondisi diam, tanpa
aktivisme dan dinamisme dalam hidup.Kemiskinan dalam semua bentuknya harus
dicegah.[1]
Dalam Islam, kemiskinan dipandang sebagai dharar, yaitu sesuatu
yang membahayakan. Setiap yang membahayakan tentu harus dicegah dan dihilangkan
sesuai kaidah fikih, al-dharar yuzalu.Karena itu, bagi kaum Muslim,
menghilangkan kemiskinan adalah wajib kifayah hukumnya.
B. Pandangan Beberapa Aliran
1. Pandangan Pengkultus Kemiskinan
Kelompok ini terdiri dari orang-orang zuhud,
rahib, dan mereka-mereka yang mengaku sebagai kaum sufi dan taqassyuf (tidak
suka terhadap kesenangan dan kelezatan dunia). Mereka menganggap kemiskinan
bukanlah sesuatu yang jelek dan perlu dihindari dan juga bukan masalah yang
perlu diributkan untuk dicarikan solusinya. Kemiskinan justru merupakan
anugerah Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang dicintai, agar mereka
bisa mengingat kehidupan akhirat dan benci kehidupan duniawi, berhubungan
langsung dengan Allah dan penuh kasih sayang terhadap sesama manusia.Berbeda
dengan orang kaya yang selalu lalai, melampaui batas dan cenderung melakukan
tindakan kejahatan.
2.
Pandangan
Jabariyah
Kelompok kedua ini berbeda dengan kelompok pertama. Mereka
menganggap kemiskinan memang merupakan bencana dan keburukan , tetapi sebagai “
ketentuan dari langit “ yang tidak bisa ditolak dan dientaskan. Kemiskinan yang
diderita orang miskin dan kekayaan yang dimiliki orang kaya merupakan kehendak
dan takdir Tuhan. Tetapi Allah sengaja ingin menganggap sebagian orang diatas
yang lain dan memberi serta membatasi rizki untuk orang yang dikehendaki untuk
menguji mereka. Dan tidak ada yang bisa menolak ketentuan-Nya.
Solusi mereka agar keluar dari problem kemiskinan hanya terbatas pada
pesan-pesan moral agar mereka (orang miskin) bisa rela menerima qada’ Allah.
Mereka harus bisa sabar dan qanaah dalam menghadapi cobaan yang diberikan oleh
Allah . Sebab qanaah merupakan gudang kekayaan yang tidak akan pernah rusak dan
binasa.
3.
Pandangan
Kapitalisme
Kelompok ini memiliki pandangan bahwa kemiskinan merupakan problem
dan kesengsaraan hidup tetapi yang bertanggung jawab adalah si miskin itu
sendiri, bukan nasib, takdir atau apa saja. Setiap orang bertanggung jawab atas
dirinya sendiri.Ia memiliki kebebasan untuk memperlakukan harta yang
dimilikinya sesuai dengan kehendak hatinya. Kelompok ini adalah kelompok Qarun,
salah seorang dari kaum Nabi Musa yang kaya raya tetapi sombong.Allah telah
menganugerahkan gudang begitu besar hingga untuk memikul kunci gudang tersebut
saja oleh orang yang kuat sekalipun sangat terasa berat.
Konsep atau pandangan para pengikut kelompok Qarunisme ini, mereka
menganggap bahwa harta yang berhasil mereka kumpulkan adalah semata-mata atas
kecerdasan dan kecerdikan mereka. Pemilik harta adalah orang yang paling berhak
untuk memperlakukan harta tersebut sesuai dengan kehendak hatinya dibandingkan
orang lain. Jika mereka berlaku baik (dermawan) kepada orang miskin, berarti
mereka memiliki keistimewaan.
Masyarakat (dalam pandangan mereka) harus
diberi kebebasan untuk bekerja dan mengumpulkan harta dan menjadi miskin,
masyarakat lain tidak perlu bertanggung jawab (memikirkan) untuk membantu
ataupun berinfak untuknya, kecuali kalau memang memiliki rasa belas kasihan,
ingin mendapat sanjungan dalam kehidupan dunia ini, atau bagi yang masih
beriman, ingin mendapatkan pahala di akhirat kelak.
Inilah pandangan kapitalisme yang sebenarnya.Pandangan ini juga
mendominasi Negara Eropa pada saat ini.Sehingga, tidak disangsikan lagi,
kondisi masyarakat miskin yang hidup di Negara kapitalis seperti itu lebih
terabaikan dibandingkan anak-anak yatim.Mereka tidak memiliki sandaran yang
bisa dijadikan tempat mengadu.
4. Pandangan Sosialisme Marxis
Kelompok ini memiliki pandangan bahwa upaya untuk
menghapus kemiskinan dan menyadarkan orang-orang Islam tidak akan menjadi
kenyataan kecuali dengan menghancurkan kelas-kelas borjuis, merampas harta
mereka dan membatasi kepemilikan harta. Kelompok ini juga menghancurkan
dasar-dasarkepemilikan bahkan mengharamkan
kepemilikan harta bagi semua manusia dari manapun sumbernya.
Ada sebagian orang mengatakan : Sosialisme menghendaki kebebasan
setiap individu dan menjaga kehormatannya, tetapi kemudian disanggah dengan
yang lain bahwa sosialisme memonopoli sumber-sumber produksi untuk masyarakat
dan berusaha menegakkan kediktatoran kelas buruh.[2]
5. Pandangan Al-Asyari’ah
Aliran ini merupakan perpaduan kolaborasi
antara Jabariyah dan Qodariyah. Dalam pandangan ini, menjelaskan bahwa adanya
kemiskinan itu sudah menjadi kehendak Allah (takdir). Dan mereka (si miskin) harus terus berusaha dan bertawakkal kepada
Allah SWT agar hidup mereka jauh lebih baik dari yang sebelumnya.
C. Sarana Pengentasan Kemiskinan
1.
Bekerja (
al-‘Amal )
Semua manusia yang hidup dalam
masyarakat dan komunitas muslim dituntut untuk bekerja, mengembara dimuka bumi
dan makan rizki Allah, sebagaimana dituliskan dalam Al-Quran :
هُوَٱلَّذِي
جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ ذَلُولٗا فَٱمۡشُواْ فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُواْ مِن
رِّزۡقِهِۦۖ وَإِلَيۡهِ ٱلنُّشُورُ
١٥
Artinya:
“Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagi kamu, berjalanlah disegala
penjurunya dan makanlah dari sebagian rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu
(kembali setelah) dibangkitkan”(QS.Al-Mulk: 15).[3]
Yang dimaksud dengan al-‘Amal disini adalah usaha serius yang
dilakukan oleh manusia baik bersifat individu maupun kolektif untuk
menghasilkan barang atu pelayanan.Usaha atau bekerja merupakan senjata pertama
untuk memerangi kemiskinan.Ia adalah unsur pertama dalam rangka memakmurkan
bumi yang telah diwakilkan kepada manusia oleh Allah.
2.
Jaminan hidup
dari keluarga yang mampu
Islam menempatkan posisi kerabat atau famili dekat sebagai orang
yang harus peduli dan saling membantu kesulitan kerabat yang lain. Yang kuat
harus menanggung yang lemah.Yang kaya harus menanggung yang miskin. Ikatan
cinta dan kasih sayang mereka juga akan semakin kokoh. Inilah hakikat kehidupan
duniawi yang sebenarnya.
Islam sudah menegaskan hak kerabat.Dan dalam banyak ayat ataupun
hadits Nabi, Islam telah memberikan motivasi agar senantiasa berbuat baik
kepada mereka dan tetap bersilaturrahmi.Sebaliknya, Islam dengan tegas
mengancam orang-orang yang sengaja memutuskan tali persaudaraan dengan siksa
yang sangat pedih.
Firman
AllahSWT :
ان الله يأمر بالأدل والإحسان وإيتاء ذي القربى
Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat “.(
QS. An-Nahl : 90 ).[4]
3.
Zakat
Islam memerintahkan semua orang yang mampu
untuk bekerja dan berusaha mencari nafkah dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup
dirinya, keluarganya dan memberikan kontribusi material dijalan Allah
(Sabilillah). Islam benar-benar tidak melupakan kelompok masyarakat malang ini.
Allah SWT telah menetapkan hak yang pasti dan kewajiban yang ditetapkan untuk
mereka dari harta orang-orang kaya, berupa kewajiban zakat. Tujuan pertama dari zakat adalah memenuhi kebutuhan orang-orang
kafir.Masyarakat fakir miskin merupakan sasaran pertama dari pengeluaran zakat.
Zakat bukan merupakan jumlah yang kecil dan sumber yang bisa
disepelekan.Jumlahnya mencapai 10% atau 5% dari hasil tani. Tanpa zakat,
seseorang tidak bisa dibedakan dari orang-orang munafik yang sifat-sifatnya
dijelaskan oleh Allah dalam al-Quran :
و يقبضون ايديهم
“Dan mereka menggenggamkan tangan mereka (berlaku kikir)“.( QS. At-Taubah : 67 ) [5]
و لاينفقون الا وهم كارهون
“Tidak pula menafkahkan (harta) mereka , melainkan dengan rasa
enggan“.(QS. At-Taubah : 54)[6]
4.
Jaminan kas
Islam dengan berbagai sumbernya
Sebelumnya, kami telah menjelaskan bahwa zakat merupakan sumber
material negara yang pertama untuk mengentaskan kemiskinan dan menyediakan
kebutuan masyarakat miskin dalam Islam. Saya juga akan menambahkan tambahan
tentang semua sumber dana lain yang dimiliki oleh Baitul Maal ( kas Islam ).
Baitul Maal merupakan cadangan terakhir bagi fakir miskin dan orang yang
membutuhkan bantuan. Karena ia merupakan kekayaan masyarakat umum, bukan milik
pemerintah atau golongan tertentu.
Jaminan
ini tidak hanya terbatas pada fakir miskin saja.Ia juga mencakup ahl al-dzimmah
yang terdiri dari orang-orang non muslim yang hidup dan tunduk atas
pemerintahan Islam. Mereka juga memiliki hak untuk mendapat jaminan dan bantuan
dari baitul maal seperti orang Islam.[7]
Untuk mencegah dan mengatasi problem
kemiskinan, kaum muslim perlu memperhatikan paling tidak tiga hal yaitu :
1. Memahami dengan benar sikap dan pandangan al-Quran tentang
kemiskinan itu sendiri. Dalam al-Quran, Allah justru memberi pujian pada
kehidupan yang berkecukupan. Pujian itu misalnya, diberikan dalam konteks
pemberian aneka macam kenikmatan kepada Nabi Muhammad SAW.
وَوَجَدَكَ عَآئِلٗا
فَأَغۡنَىٰ ٨
Artinya:
“Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang miskin ( kekurangan ),
lalu di memberikan kecukupan“. (QS.
Dhuha : 8)
2. Melepaskan diri dari teologi Jabariyah yang fatalistic. Sebagian
kaum Muslim masih ada yang berpandangan bahwa miskin adalah takdir dalam nasib
yang tidak dapat diubah. Sebagian yang lain berpandangan miskin adalah sesuatu
yang mulia dan dipandang sebagai syarat mencapai derajat taqwa. Pandangan
seperti itu tentu tidak sebangun dengan semangat dan upaya pengentasan.
3. Membangun etos kerja yang kuat. Dalam Islam, kerja dinamakan amal,
dan amal adalah ibadah ( berpahala ). Tanpa kerja (amal) ajaran apapun termasuk
agama, tentu kurang berguna. Iman sejatinya menjadi fungsional dan kehidupan
hanya dengan amal. Bahkan amal dapat dipandang sebagai cara berada manusia (
mode of existence ). Ia dianggap ada bila ia bekerja dan berbuat untuk kemajuan
dirinya, keluarga, masyarakat dan bangsa. Dalam konteks ini Rasulullah SAW
berpesan agar kaum Muslim rajin dan giat belajar, tanpa bermalas-malasan serta
menjauhkan diri dari sikap minta-minta. Sabdanya, “Sekiranya salah seorang
dari kamu mengambil tali, lalu membawa seikat kayu bakar diatas punggungnya
lalu menjualnya, hal itu lebih baik baginya dari pada minta-minta kepada orang,
bak ia diberi atau ditolak”. ( HR. Bukhori ).
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
1. Pengertian Teologi Kemiskinan
Miskin atau kemiskinan dipahami sebagai ketiadaan harta
atau ketidakberdayaan yang membuat seorang tak mampu memenuhi kebutuhan
pokoknya.
2. Pandangan Beberapa Aliran
-
Kemiskinan
merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang dicintai,
agar mereka bisa mengingat kehidupan akhirat dan benci kehidupan duniawi.
-
Kemiskinan
memang merupakan bencana dan keburukan , tetapi sebagai “ ketentuan dari langit
“ yang tidak bisa ditolak dan dientaskan. Kemiskinan yang diderita orang miskin
dan kekayaan yang dimiliki orang kaya merupakan kehendak dan takdir Tuhan.
-
Mereka
menganggap bahwa harta yang berhasil mereka kumpulkan adalah semata-mata atas
kecerdasan dan kecerdikan mereka
-
Adanya kemiskinan itu sudah menjadi kehendak Allah
(takdir). Dan mereka (si miskin) harus terus
berusaha dan bertawakkal kepada Allah SWT agar hidup mereka jauh lebih baik
dari yang sebelumnya.
3. Sarana Pengentasan Kemiskinan
- Bekerja ( al-‘Amal )
- Jaminan hidup dari keluarga yang mampu
-
Zakat
-
Jaminan kas
Islam dengan berbagai sumbernya
DAFTAR PUSTAKA
Qaradowi, Yusuf,”TEOLOGIKEMISKINAN”, (Yogyakarta: MitraPustaka, 2002).
Shohib T, M. ”Qur’anHafalan”,(Surabaya: DoktorHalim,2013).
[1]http//.republika.co.id
[2]YusufQaradowi,”TEOLOGIKEMISKINAN”,(Yogyakarta,
MitraPustaka, 2002),hal 1-10
[7]YusufQaradowi,”TEOLOGIKEMISKINAN”,
hal 224
No comments:
Post a Comment