Breaking News

Makalah

Friday, May 3, 2019

makalah TEOLOGI KEMISKINAN


});
TEOLOGI KEMISKINAN

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tauhid Ilmu Kalam
Dosen Pengampu : Bapak Zumrodi, M.Ag


Oleh :

1. Devi Fitria                    NIM : 117101
2. M. Sofiul Lubab           NIM : 117111
3. Nur Hidayat                  NIM :117115
4.Titik Handayani             NIM : 117120
   


KELAS/ SEMESTER    : F/IV
PRODI/JURUSAN        : TARBIYAH/PAI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI

2019



















KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.Makalah yang berjudul “Teologi Kemiskinan” Ini sebagai pemenuhan tugas dari Dosen Pembimbing Tauhid Ilmu Kalam.
Selama penyusunan makalah ini banyak kendala yang dihadapi, namun berkat bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak semua kendala tersebut dapat teratasi. Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1.      Orang tua yang selalu memberi doa dan restu
2.      Bapak Zumrodi, M.Ag.  selaku dosen mata kuliah Tauhid Ilmu Kalam.
3.      Semua pihak yang terkait dalam penulisan makalah ini
Penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

                                                                                                Pati,    April 2019

                                                                                                Penulis





DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………... i
Kata Pengantar………………………………………………………..…….ii
Daftar Isi………………………………………………………………...….iii
BAB I PENDAHULUAN    
  1. Latar Belakang………………………………………………...…...  1
  2. Rumusan Masalah……………………………………………...…... 2
  3. Tujuan Masalah ………………………………………………...….  2

BAB II PEMBAHASAN
  1. Pengertian Teologi Kemiskinan …………….……………………... 3
  2. Pandangan Beberapa Aliran...............................................................            3
  3. Sarana Pengentasan Kemiskinan....................................................... 6

BAB III PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………..…………… 10

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………....            11












BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ilmu Tauhid merupakan ilmu yang sangat mendasar didalam Islam.Sebab Ilmu Tauhid adalah sebagian dari tanda-tanda agama sejati dan murni yang diturunkan oleh Allah yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Tanpa mengetahui Ilmu Tauhid, kita tidak akan menemukan tujuan hidup sebenarnya, sebab seorang hamba harus tahu benar, siapa yang disembah dan dimana kita berdiam setelah mati. Ilmu tauhid membahas ajaran dasar dari agama islam. Karena itu, setiap orang muslim berkeinginan mengenali seluk beluk agamanya secara mendalam melalui ilmu tersebut.
Teologi ilmu tentang ketuhanan, yaitu suatu disiplin ilmu yang berbicara tentang Tuhan dari segala segi yang berarti juga berhubungan dengan alam dan manusia.Teologi dalam istilah bahasa inggris, sebagaimana dikatakan Wiliam L. Reese mendefinisikan dengan discourse or reason concerning God (diskursus atau pemikiran tentang Tuhan).
Ilmu teologi membahas tentang ajaran-ajaran dasar dari sesuatu agama.Setiap orang ingin menyelami seluk-beluk agamanya secara mendalam, perlu mempelajari teologi yang terdapat dalam agama yang dianutnya. Mempelajari teologi akan memberi seseorang keyakinan-keyakinan yang berdasarkan pada landasan kuat, yang tidak mudah diombang-ambing oleh peredaran zaman.
Akhirnya harapan saya kepada para pembaca, kiranya tidak jemu-jemu memberikan koreksi dan kritik untuk memperbaiki materi ini.Sebab kekurangan sudah tentu selalu terdapat pada insani yang dhaif. Untuk itu, saya akan menunggu dan menerima dengan senang hati, diiringi ucapan ribuan terima kasih. Semoga Allah SWT, jugalah yang memberi imbalan pahala yang tak terhingga kepada segenap pihak yang membantu untuk mencari kebenaran dalam ajaran agama yang diridhai-Nya. Amiin.
B.     Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian teologi kemiskinan?
2.    Bagaimana pandangan beberapa aliran tentang teologi kemiskinan?
3.    Bagaimana cara menuntaskan kemiskinan?

C.    Tujuan
1.    Untuk mengetahuipengertian teologi kemiskinan.
2.    Untuk mengetahuipandangan beberapa aliran tentang teologi kemiskinan.
3.    Untuk mengetahuicara menuntaskan kemiskinan.















BAB II
                                                    PEMBAHASAN
A.    Pengertian Teologi Kemiskinan
Secara etimologis, teologi berasal dari kata theos artinya Tuhan dan logos berarti ilmu, science, atau discourse. sebagaimana dikatakan Wiliam L. Reese mendefinisikan dengan discourse or reason concerning God (diskursus atau pemikiran tentang Tuhan). Dengan mengutip kata-kata Wiliam Ockham, Reese lebih jauh mengatakan,” Theology to be discipline resting on revealed truth and independent of both philosophy and science.” (Teologi merupakan disiplin ilmu yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu pengetahuan).Sementara itu Gove menyatakan bahwa teologi adalah penjelasan tentang keimanan.perbuatan, pengalaman agama secara rasional.
Miskin atau kemiskinan dipahami sebagai ketiadaan harta atau ketidakberdayaan yang membuat seorang tak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya. Dalam bahasa Arab, kata miskin berakar dari kata sakana, yaskun, sukun, yang secara harfiah berarti diam, tak bergerak.Jadi, miskin menunjuk pada kondisi diam, tanpa aktivisme dan dinamisme dalam hidup.Kemiskinan dalam semua bentuknya harus dicegah.[1]
Dalam Islam, kemiskinan dipandang sebagai dharar, yaitu sesuatu yang membahayakan. Setiap yang membahayakan tentu harus dicegah dan dihilangkan sesuai kaidah fikih, al-dharar yuzalu.Karena itu, bagi kaum Muslim, menghilangkan kemiskinan adalah wajib kifayah hukumnya.

B.     Pandangan Beberapa Aliran
1.    Pandangan Pengkultus Kemiskinan
Kelompok ini terdiri dari orang-orang zuhud, rahib, dan mereka-mereka yang mengaku sebagai kaum sufi dan taqassyuf (tidak suka terhadap kesenangan dan kelezatan dunia). Mereka menganggap kemiskinan bukanlah sesuatu yang jelek dan perlu dihindari dan juga bukan masalah yang perlu diributkan untuk dicarikan solusinya. Kemiskinan justru merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang dicintai, agar mereka bisa mengingat kehidupan akhirat dan benci kehidupan duniawi, berhubungan langsung dengan Allah dan penuh kasih sayang terhadap sesama manusia.Berbeda dengan orang kaya yang selalu lalai, melampaui batas dan cenderung melakukan tindakan kejahatan.

2.    Pandangan Jabariyah
Kelompok kedua ini berbeda dengan kelompok pertama. Mereka menganggap kemiskinan memang merupakan bencana dan keburukan , tetapi sebagai “ ketentuan dari langit “ yang tidak bisa ditolak dan dientaskan. Kemiskinan yang diderita orang miskin dan kekayaan yang dimiliki orang kaya merupakan kehendak dan takdir Tuhan. Tetapi Allah sengaja ingin menganggap sebagian orang diatas yang lain dan memberi serta membatasi rizki untuk orang yang dikehendaki untuk menguji mereka. Dan tidak ada yang bisa menolak ketentuan-Nya.
Solusi mereka agar keluar dari problem kemiskinan hanya terbatas pada pesan-pesan moral agar mereka (orang miskin) bisa rela menerima qada’ Allah. Mereka harus bisa sabar dan qanaah dalam menghadapi cobaan yang diberikan oleh Allah . Sebab qanaah merupakan gudang kekayaan yang tidak akan pernah rusak dan binasa.

3.    Pandangan Kapitalisme
Kelompok ini memiliki pandangan bahwa kemiskinan merupakan problem dan kesengsaraan hidup tetapi yang bertanggung jawab adalah si miskin itu sendiri, bukan nasib, takdir atau apa saja. Setiap orang bertanggung jawab atas dirinya sendiri.Ia memiliki kebebasan untuk memperlakukan harta yang dimilikinya sesuai dengan kehendak hatinya. Kelompok ini adalah kelompok Qarun, salah seorang dari kaum Nabi Musa yang kaya raya tetapi sombong.Allah telah menganugerahkan gudang begitu besar hingga untuk memikul kunci gudang tersebut saja oleh orang yang kuat sekalipun sangat terasa berat.
Konsep atau pandangan para pengikut kelompok Qarunisme ini, mereka menganggap bahwa harta yang berhasil mereka kumpulkan adalah semata-mata atas kecerdasan dan kecerdikan mereka. Pemilik harta adalah orang yang paling berhak untuk memperlakukan harta tersebut sesuai dengan kehendak hatinya dibandingkan orang lain. Jika mereka berlaku baik (dermawan) kepada orang miskin, berarti mereka memiliki keistimewaan.
Masyarakat (dalam pandangan mereka) harus diberi kebebasan untuk bekerja dan mengumpulkan harta dan menjadi miskin, masyarakat lain tidak perlu bertanggung jawab (memikirkan) untuk membantu ataupun berinfak untuknya, kecuali kalau memang memiliki rasa belas kasihan, ingin mendapat sanjungan dalam kehidupan dunia ini, atau bagi yang masih beriman, ingin mendapatkan pahala di akhirat kelak.
Inilah pandangan kapitalisme yang sebenarnya.Pandangan ini juga mendominasi Negara Eropa pada saat ini.Sehingga, tidak disangsikan lagi, kondisi masyarakat miskin yang hidup di Negara kapitalis seperti itu lebih terabaikan dibandingkan anak-anak yatim.Mereka tidak memiliki sandaran yang bisa dijadikan tempat mengadu.

4.    Pandangan Sosialisme Marxis
Kelompok ini memiliki pandangan bahwa upaya untuk menghapus kemiskinan dan menyadarkan orang-orang Islam tidak akan menjadi kenyataan kecuali dengan menghancurkan kelas-kelas borjuis, merampas harta mereka dan membatasi kepemilikan harta. Kelompok ini juga menghancurkan dasar-dasarkepemilikan bahkan mengharamkan kepemilikan harta bagi semua manusia dari manapun sumbernya.
Ada sebagian orang mengatakan : Sosialisme menghendaki kebebasan setiap individu dan menjaga kehormatannya, tetapi kemudian disanggah dengan yang lain bahwa sosialisme memonopoli sumber-sumber produksi untuk masyarakat dan berusaha menegakkan kediktatoran kelas buruh.[2]


5.    Pandangan Al-Asyari’ah
Aliran ini merupakan perpaduan kolaborasi antara Jabariyah dan Qodariyah. Dalam pandangan ini, menjelaskan bahwa adanya kemiskinan itu sudah menjadi kehendak Allah (takdir). Dan mereka (si miskin) harus terus berusaha dan bertawakkal kepada Allah SWT agar hidup mereka jauh lebih baik dari yang sebelumnya.

C.    Sarana Pengentasan Kemiskinan
1.    Bekerja ( al-‘Amal )
Semua manusia yang hidup dalam masyarakat dan komunitas muslim dituntut untuk bekerja, mengembara dimuka bumi dan makan rizki Allah, sebagaimana dituliskan dalam Al-Quran :
هُوَٱلَّذِي جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ ذَلُولٗا فَٱمۡشُواْ فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُواْ مِن رِّزۡقِهِۦۖ وَإِلَيۡهِ ٱلنُّشُورُ ١٥
Artinya:
“Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagi kamu, berjalanlah disegala penjurunya dan makanlah dari sebagian rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”(QS.Al-Mulk: 15).[3]
Yang dimaksud dengan al-‘Amal disini adalah usaha serius yang dilakukan oleh manusia baik bersifat individu maupun kolektif untuk menghasilkan barang atu pelayanan.Usaha atau bekerja merupakan senjata pertama untuk memerangi kemiskinan.Ia adalah unsur pertama dalam rangka memakmurkan bumi yang telah diwakilkan kepada manusia oleh Allah.

2.    Jaminan hidup dari keluarga yang mampu
Islam menempatkan posisi kerabat atau famili dekat sebagai orang yang harus peduli dan saling membantu kesulitan kerabat yang lain. Yang kuat harus menanggung yang lemah.Yang kaya harus menanggung yang miskin. Ikatan cinta dan kasih sayang mereka juga akan semakin kokoh. Inilah hakikat kehidupan duniawi yang sebenarnya.
Islam sudah menegaskan hak kerabat.Dan dalam banyak ayat ataupun hadits Nabi, Islam telah memberikan motivasi agar senantiasa berbuat baik kepada mereka dan tetap bersilaturrahmi.Sebaliknya, Islam dengan tegas mengancam orang-orang yang sengaja memutuskan tali persaudaraan dengan siksa yang sangat pedih.
Firman AllahSWT :
ان الله يأمر بالأدل والإحسان وإيتاء ذي القربى
Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat “.( QS. An-Nahl : 90 ).[4]

3.     Zakat
Islam memerintahkan semua orang yang mampu untuk bekerja dan berusaha mencari nafkah dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dirinya, keluarganya dan memberikan kontribusi material dijalan Allah (Sabilillah). Islam benar-benar tidak melupakan kelompok masyarakat malang ini. Allah SWT telah menetapkan hak yang pasti dan kewajiban yang ditetapkan untuk mereka dari harta orang-orang kaya, berupa kewajiban zakat. Tujuan pertama dari zakat adalah memenuhi kebutuhan orang-orang kafir.Masyarakat fakir miskin merupakan sasaran pertama dari pengeluaran zakat.
Zakat bukan merupakan jumlah yang kecil dan sumber yang bisa disepelekan.Jumlahnya mencapai 10% atau 5% dari hasil tani. Tanpa zakat, seseorang tidak bisa dibedakan dari orang-orang munafik yang sifat-sifatnya dijelaskan oleh Allah dalam al-Quran :
و يقبضون ايديهم

“Dan mereka menggenggamkan tangan mereka (berlaku kikir)“.( QS. At-Taubah : 67 ) [5]

و لاينفقون الا وهم كارهون
“Tidak pula menafkahkan (harta) mereka , melainkan dengan rasa enggan“.(QS. At-Taubah : 54)[6]

4.    Jaminan kas Islam dengan berbagai sumbernya
Sebelumnya, kami telah menjelaskan bahwa zakat merupakan sumber material negara yang pertama untuk mengentaskan kemiskinan dan menyediakan kebutuan masyarakat miskin dalam Islam. Saya juga akan menambahkan tambahan tentang semua sumber dana lain yang dimiliki oleh Baitul Maal ( kas Islam ). Baitul Maal merupakan cadangan terakhir bagi fakir miskin dan orang yang membutuhkan bantuan. Karena ia merupakan kekayaan masyarakat umum, bukan milik pemerintah atau golongan tertentu.
Jaminan ini tidak hanya terbatas pada fakir miskin saja.Ia juga mencakup ahl al-dzimmah yang terdiri dari orang-orang non muslim yang hidup dan tunduk atas pemerintahan Islam. Mereka juga memiliki hak untuk mendapat jaminan dan bantuan dari baitul maal seperti orang Islam.[7]
Untuk mencegah dan mengatasi problem kemiskinan, kaum muslim perlu memperhatikan paling tidak tiga hal yaitu :
1.    Memahami dengan benar sikap dan pandangan al-Quran tentang kemiskinan itu sendiri. Dalam al-Quran, Allah justru memberi pujian pada kehidupan yang berkecukupan. Pujian itu misalnya, diberikan dalam konteks pemberian aneka macam kenikmatan kepada Nabi Muhammad SAW.
 وَوَجَدَكَ عَآئِلٗا فَأَغۡنَىٰ ٨
Artinya:
“Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang miskin ( kekurangan ), lalu di memberikan kecukupan“. (QS. Dhuha : 8)
2.    Melepaskan diri dari teologi Jabariyah yang fatalistic. Sebagian kaum Muslim masih ada yang berpandangan bahwa miskin adalah takdir dalam nasib yang tidak dapat diubah. Sebagian yang lain berpandangan miskin adalah sesuatu yang mulia dan dipandang sebagai syarat mencapai derajat taqwa. Pandangan seperti itu tentu tidak sebangun dengan semangat dan upaya pengentasan.
3.      Membangun etos kerja yang kuat. Dalam Islam, kerja dinamakan amal, dan amal adalah ibadah ( berpahala ). Tanpa kerja (amal) ajaran apapun termasuk agama, tentu kurang berguna. Iman sejatinya menjadi fungsional dan kehidupan hanya dengan amal. Bahkan amal dapat dipandang sebagai cara berada manusia ( mode of existence ). Ia dianggap ada bila ia bekerja dan berbuat untuk kemajuan dirinya, keluarga, masyarakat dan bangsa. Dalam konteks ini Rasulullah SAW berpesan agar kaum Muslim rajin dan giat belajar, tanpa bermalas-malasan serta menjauhkan diri dari sikap minta-minta. Sabdanya, “Sekiranya salah seorang dari kamu mengambil tali, lalu membawa seikat kayu bakar diatas punggungnya lalu menjualnya, hal itu lebih baik baginya dari pada minta-minta kepada orang, bak ia diberi atau ditolak”. ( HR. Bukhori ).

















BAB III
KESIMPULAN

1.    Pengertian Teologi Kemiskinan
Miskin atau kemiskinan dipahami sebagai ketiadaan harta atau ketidakberdayaan yang membuat seorang tak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya.

2.    Pandangan Beberapa Aliran
-       Kemiskinan merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang dicintai, agar mereka bisa mengingat kehidupan akhirat dan benci kehidupan duniawi.
-       Kemiskinan memang merupakan bencana dan keburukan , tetapi sebagai “ ketentuan dari langit “ yang tidak bisa ditolak dan dientaskan. Kemiskinan yang diderita orang miskin dan kekayaan yang dimiliki orang kaya merupakan kehendak dan takdir Tuhan.
-       Mereka menganggap bahwa harta yang berhasil mereka kumpulkan adalah semata-mata atas kecerdasan dan kecerdikan mereka
-       Adanya kemiskinan itu sudah menjadi kehendak Allah (takdir). Dan mereka (si miskin) harus terus berusaha dan bertawakkal kepada Allah SWT agar hidup mereka jauh lebih baik dari yang sebelumnya.

3.    Sarana Pengentasan Kemiskinan
-       Bekerja ( al-‘Amal )
-       Jaminan hidup dari keluarga yang mampu
-       Zakat
-       Jaminan kas Islam dengan berbagai sumbernya



DAFTAR PUSTAKA
Qaradowi, Yusuf,”TEOLOGIKEMISKINAN”, (Yogyakarta: MitraPustaka, 2002).
Shohib T, M. ”Qur’anHafalan”,(Surabaya: DoktorHalim,2013).









[1]http//.republika.co.id
[2]YusufQaradowi,”TEOLOGIKEMISKINAN”,(Yogyakarta, MitraPustaka, 2002),hal 1-10
[3]M.Shohib T,”Qur’anHafalan”,(Surabaya,DoktorHalim,2013)QS.Al-Mulk ayat 15.
[4]M.Shohib T,”Qur’anHafalan”.QS.AL-NAHL ayat 90.
[5]M.Shohib T,”Qur’anHafalan”.QS,At-Taubah ayat 67.
[6] M.Shohib T, ”Qur’anHafalan”.QS.At-Taubah ayat 54.
[7]YusufQaradowi,”TEOLOGIKEMISKINAN”, hal 224

No comments:

© Copyright YONGKIRUDI